Apakah Akan Ada Nabi Lagi Setelah Rasulullah saw?

Terdapat suatu penggalan Hadits Nabi Muhammad saw yang sering diikut sertakan dengan bacaan kalimat syahadat. Yakni kalimat Laa Nabiyya Ba'da artinya tidak ada lagi Nabi setelah ku.

Kalau ditinjau dari berbagai pendapat para ulama terdahulu, mereka sama sekali tidak pernah menggabungkan antara kalimah syahadat dengan kalimat Laa Nabiyya Ba'da sebab itu suatu hal yang berbeda dan dari 2 Hadits yang berbeda pula. Yang Mulia Nabi Muhammad saw hanya mengajarkan kepada kita dua macam syahadat, yakni syahadat Tauhid dan syahadat Rasul.

أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.

Aku bersaksi bahwa Tidak ada Tuhan selain Allah dan tidak ada sekutu bagi-Nya dan Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.

Hal yang sama terkait dengan kedudukan beliau sebagai khataman Nabiyyin. Hadhrat Sayyid Abdul Karim Jaelani ra bersabda bahwa "perintah kenabian yang membawa syariat telah habis setelah Hadhrat Rasulullah saw, maka karena itulah Hadhrat Rasulullah saw menjadi khatamman Nabiyyin." (Al insaanul kaamil hal. 115)

Bahkan Hadhrat Imam Muchidyn Ibnu 'Arobi bersabda "Kenabian yang terputus setelah kedatangan Rasulullah saw hanyalah kenabian yang membawa syariat, bukanlah maqom kenabian, jadi sekarang tidak akan ada lagi syariat lagi, yang akan memasukhkan syariat beliau saw dan tidak akan ada lagi syariat yang akan menambah hukum baru dalam syariat beliau saw, inilah maksudnya perkataan Rasulullah saw bahwa Nubuwah dan Risalat sudah terputus, jadi setelahku tidak akan ada lagi Rasul atau juga Nabi. Maksudnya dari perkataan tadi adalah bahwa sekarang tidak akan ada lagi Nabi yang bertentangan dengan syariatku tapi Kalau pun ada nabi, maka dia akan berada dibawah hukum syariatku. (Alfutuuhatul Makiyyah, hal 208)

Dengan jelas Hadhrat Imam Muchidyn Ibnu 'Arabi membuka suatu pandangan yang seakan-akan terpatri ketika memahami Ayat khatamman nabiyyin yang menggambarkan kedudukan Rasulullah saw sebagai penutup para Nabi. Namun Imam Muchidyn Ibnu Arabi membuka keterangan bahwa jikalau akan ada Nabi Lagi Setelah Rasulullah saw maka ia akan berkedudukan sebagai penerus dan pendukung syariat Rasulullah saw dan kedudukan nya tidak akan melebihi Rasulullah saw. 

Senada dengan Imam Muchidyn Ibnu Arabi ra, Hadhrat Imam Abdul Wahab Sya'rani Alaihi Rohmah : "ketahuilah bahwa kenabian mutlaq belum tertutup, hanya kenabian Tasyri'i (yang membawa syariat) yang tertutup. Kemudian menulis bahwa perkataan Rasulullah saw Laa Nabiyya Ba'da dan Laa Rasuula Ba'diy maksudnya adalah setelah beliau saw tidak akan ada nabi pembawa syariat bersama dengan syariatnya yang khusus." (Al Yawaqit wal jawahir Vol 2, hal. 39)

Jadi, pintu kenabian yang tidak membawa syariat baru, tidak berdiri sendiri itu kemungkinan akan ada di akhir jaman ini, dengan syarat berada di bawah Rasulullah saw. Sebagaimana firman Allah Ta’ala :

ٱللَّهُ يَصْطَفِى مِنَ ٱلْمَلَٰٓئِكَةِ رُسُلًا وَمِنَ ٱلنَّاسِۚ

Allah akan memilih utusan-utusan-Nya dari antara malaikat dan dari antara manusia (Al Hajj, 76)

Perkataan yasthofi dalam ayat ini artinya memilih. Menurut ketentuan bahasa Arab, yasthofi itu dalam fi'il mudhori yang menunjukkan pekerjaan yang sedang dan akan dilakukan.

Jadi, jelasnya Allah Ta’ala sedang atau akan memilih/mengutus rasul-rasul-Nya sesuai keadaan jaman atau menurut keperluannya.

Senada pula dengan firman Allah Ta’ala dalam surat Ali Imran ayat 180 :

مَّا كَانَ ٱللَّهُ لِيَذَرَ ٱلْمُؤْمِنِينَ عَلَىٰ مَآ أَنتُمْ عَلَيْهِ حَتَّىٰ يَمِيزَ ٱلْخَبِيثَ مِنَ ٱلطَّيِّبِۗ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى ٱلْغَيْبِ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَجْتَبِى مِن رُّسُلِهِۦ مَن يَشَآءُۖ فَـَٔامِنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرُسُلِهِۦۚ 

Allah tidak akan membiarkan orang-orang Mukmin di dalam keadaan yang kamu ada padanya sebelum Dia pisahkan yang buruk daripada yang baik. Dan Allah tidak akan memberitahukan yang ghaib kepadamu. Akan tetapi Allah memilih diantara rasul-rasul-Nya siapa yang Dia kehendaki. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya.

Kata-kata yadzara, yamiza, yutli'a dan yajtabi dalam bentuk fi'il mudhori yang menggambarkan penggunaan masa sekarang dan masa yang akan datang. Maksudnya dari ayat ini ialah, Allah Ta’ala senantiasa akan mengirimkan utusan-utusann-Nya untuk memisahkan perkara-perkara yang baik dari yang buruk dan untuk memberitahukan tentang khabar-khabar ghaib.

Selama masih ada kehidupan, selama masih ada peradaban manusia di dunia ini, maka kemungkinan besar Nabi itu akan terus diutus oleh Allah Ta’ala. 

Doa Akhlak Baik

Menghadirkan akhlak fadhilah didalam diri tidak hanya sekedar mengikuti dan mencontoh orang-orang yang baik saja. Tidak cukup hanya belajar dari sekitar atau lingkungan. Terkadang berakhlak baik pun harus senantiasa disertakan dalam setiap doa-doa yang dipanjatkan kepada Allah Ta’ala.

Pada makalah kali ini, ada beberapa contoh suritauladan Yang Mulia Rasulullah saw dalam memohon kepada Allah Ta’ala supaya memiliki perangai akhlak yang baik. Diantaranya adalah.

Terdapat sebuah Hadits dalam Musnad Ahmad yang diriwayatkan oleh Hadhrat Aisyah ra beliau menerangkan bahwa, Rasulullah saw selalu berdoa “Wahai Allah, sebagaimana engkau telah menjadikan bentuk dan wajah saya bagus (indah) maka seperti itu pulalah hendaknya akhlak saya dijadikan baik.”

Akhlak dan Ilmu 
Dalam riwayat Hadhrat Zaid bin Arqam ra, menerangkan bahwa Rasulullah saw selalu membaca doa berikut ini “Hai Tuhan-ku, aku berlindung kepada engkau dari ilmu yang tidak berfaedah dan dari hati yang tidak khusyu kepada engkau dan dari jiwa yang tidak bisa kenyang (puas) dan dari doa yang tidak bisa terkabul.”

Kebaikan dan Kesuksesan
Ada satu doa yang lengkap, yang diambil dari buku Riyadush shalihin, kitabud da’wat, yaitu Ibnu Mas’ud ra menerangkan bahwa Rasulullah saw berdoa Allahumma inni as-aluka mujiba birahmatika wa ‘aza-ima maghfiratika was-salaamata min kulli itsmin wal-ghanimata min birrin wal-fauz bil jannati wan-najaata minan-naari

Artinya : “Wahai Allah, aku memohon mujibat (penyebab) rahmat Engkau dan tekad (keinginan akan) ampunan Engkau dan selamat dari setiap dosa dan banyak dari setiap bagian kebaikan dan kesuksesan memperoleh surga dan selamat dari neraka.”

Berlindung dari Keburukan
Kemudian, dalam Muslim, Kitabudz-Dzikir diriwayatkan oleh Farwah bin Naufal Al Asyha’i bahwa beliau bertanya kepada Hadhrat Aisyah ra “Doa apa yang Rasulullah saw panjatkan kepada Allah. Maka Hadhrat Aisyah ra menjawab “Rasulullah saw selalu berdoa, “Wahai Allah, saya berlindung kepada Engkau dari keburukan amal yang telah saya lakukan dan dari keburukan amal yang tidak saya lakukan.”

Sebagai manusia tentu di dalam amal Rasulullah saw tidak ada kekurangan dan di masa yang akan datang pun tidak ada. Oleh karena itu, hal tersebut merupakan sebuah nasihat yang baik bahwa orang yang melakukan amal yang buruk maka hendaknya meminta perlindungan kepada Allah mengenai hasil amal buruk tersebut dan demikian pula terhadap amal-amal yang belum dilakukan pun hendaknya memohon perlindungan kepada Allah Ta’ala dari keburukan-keburukannya.

Dari Abdullah ra, meriwayatkan bahwa Rasulullah saw selalu berdoa, “Hai Allah, kami memohon petunjuk Engkau, takwa, kesucian dan Istighfar.” (HR Muslim Kitabudz Dzikir)

Diriwayatkan dari Ibu Abbas ra bahwa Rasulullah saw selalu berdoa; “Hai Allah, saya taat kepada Engkau dan beriman kepada Engkau dan saya bertawakkal kepada Engkau dan tunduk kepada Engkau dan saya melawan musuh dengan pertolongan Engkau. Hai Tuhan ku, saya berlindung kepada kemuliaan Engkau, tidak ada sembahan selain Engkau, selamatkanlah saya dari kesesatan, Engkau hidup dan tidak pernah mati, sedangkan manusia dan jin untuk semuanya fana (tidak kekal) telah ditetapkam. (HR Muslim, Kitabudz Dzikir)

Dari Ibnu Abbas ra beliau menerangkan bahwa Rasulullah saw selalu berdoa, “Hai Allah, saya telah menyerahkan diri saya kepada Engkau dan saya beriman kepada Engkau dan saya hanya percaya (beriman) kepada Engkau dan saya condong (Tunduk) kepada Engkau dan saya berbahas semata-mata demi Engkau, yakni bukan untuk peribadi saya sendiri melainkan untuk Engkau dan demi untuk keputusan saya datang kepada Engkau, maka maafkanlah saya. Kesalahan-kesalahan yang saya lakukan yang ada kemungkinan untuk saya lakukan dan kesalahan-kesalahan yang saya sembunyikan atau yang saya zahirkan. Engkaulah yang awwal dan yang akhir, kecuali Engkau tidak ada yang patut disembah.” (Riyadush Shalihin, bab Kitabud da’wat)

Inilah beberapa doa yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw dalam kehidupan sehari, terutama dalam meningkatkan kwalitas akhlak Fadhillah. Semoga para pembaca budiman dapat mengamalkan doa-doa yang telah diajarkan dan diamalkan oleh Rasulullah saw.

Nuur Rasulullah saw

Insan Kamil (manusia sempurna) yang bernama Muhammad Musthafa saw, terkait dengan beliau saw Allah Ta’ala berfirman :

لَوْلَاكَ لَمَاخَلَقْتُ الْاَفْلَاكَ
"Wahai Muhammad! Aku telah menciptakan langit dan bumi karena engkau."
Terkait dengan Nuur Muhammad sendiri dalam Kitab Mirqatul Mafatih penjelasan Syarah Misykat dalam Kitabul-Iman bahwa Rasulullah saw bersabda :
"Dari semua benda yang pertama Allah Ta’ala ciptakan adalah nuur-Ku." 

Artinya, dari sejak permulaan, Allah Ta’ala telah menetapkan bahwa nur (cahaya) yang diberikan kepada Insan Kamil itu adalah nur yang tidak pernah diberikan kepada siapapun dari orang-orang terdahulu dan tidak pernah pula diberikan kepada orang-orang yang akan datang sesudahnya. Dan nur itu hanya semata-mata akan didapatkan di dalam diri Insan Kamil (Hadhrat Muhammad Musthafa saw). 

Hadhrat Imam Mahdi dan Masih Mau'ud as menjelaskan kedudukan dan kesempurnaan nur beberkat Rasulullah saw dalam Buku Barahin Ahmadiyah :
"Kebijakan dan segenap akhlak mulia terdapat pada diri Nabi Suci, Hadhrat Muhammad Musthafa saw ini, sedemikian rupa sempurna keserasiannya, kelembutannya dan dilimpahi Nuur sehingga turunnya Ilham, dengan sendirinya siap untuk bercahaya."

Hal ini, dari sisi akal sehat dan juga dari segi akhlak lainnya, beliau saw berada pada kedudukan mulia, spesial serta memiliki kedudukan yang tanpa batas. Segala sesuatunya, setiap akhlaknya, setiap amalnya senantiasa dipenuhi dengan nur dan sinarnya tampak dengan sendirinya. 

Berkaitan pula dengan firman Alquran yakni نُوْرٌ عَلَى نُوْرٍ cahaya di atas cahaya (Surah An Nuur : 36), Hadhrat Imam Mahdi dan Al Masih Mau'ud as bersabda : "hal itu memiliki arti, tatkala di dalam wujud suci Khatamul anbiya banyak nur terkumpul, maka di atas nur-nur itu masuk lagi satu nur samawi lainnya yang merupakan wahyu Ilahi dan dengan masuknya nur itu, wujud Khatamul anbiya dengan sendirinya menjadi tempat berkumpulnya cahaya-cahaya, (menjadi kumpulan nur-nur), Rasulullah di dalam Alquran dinamakan nur dan lampu penyerang." (Barahin Ahmadiyah, jld 3)

Di satu tempat sambil menjelaskan terkait dengan nur dan lampu penyerang, Hadhrat Imam Mahdi dan Al Masih Mau'ud as bersabda :"Dengan menamakan beliau saw sebagai siraj munir (lampu penerang) terdapat lagi satu hikmah lain yang sangat halus bahwa dari satu lampu, ratusan ribu lampu dapat bersinar sedangkan di dalam lampu itu juga tidak ada kekurangan. Perkara ini tidak terdapat dalam bulan dan matahari. Maksudnya adalah dengan mengikuti dan taat kepada Rasulullah saw, ratusan ribu manusia akan sampai pada martabat itu dan keberkatan beliau saw tidak bersifat khusus bahkan bersifat umum serta akan mengalir terus.

Ringkasnya, ini merupakan sunnah Allah bahwa saat kegelapan sampai pada puncaknya, dikarenakan sebagian sifat-sifat-Nya, Allah Ta’ala mengutus seorang manusia dari pada-Nya setelah memberikan nur dan makrifat. Dan meletakkan pengaruh di dalam kalamnya serta daya tarik di dalam perhatiannya dan doa-doanya terdapat kemakbulan. Namun Dia menarik mereka dan memberikan pengaruh-pengaruhnya terhadap mereka yang layak untuk pilihan itu. Lihatlah nama Rasulullah saw adalah sirajam muniran (lampu penerang). Tetapi, tentang Abu Jahal, apa yang ia peroleh? (Malfuzat, jld 5, hal 665)



Istighfar Solusi Mengatasi Kesulitan

Diantara amalan yang banyak dilakukan oleh Rasulullah saw yaitu beristighfar memohon ampun kepada Allah swt, terkadang dalam suatu majelis beliau beristighfar sampai 70 kali, dalam riwayat yang lain disebutkan sampai 100 kali, padahal Rasulullah saw adalah seorang Nabi yang ma’sum, yang telah dijaga oleh Allah dan telah mendapatkan jaminan ampunan dari Allah, Rasulullah memerintahkan kepada para sahabat dan kepada para ummatnya untuk banyak beristighfar memohon ampun kepada Allah swt.

Allah memerintahkan beliau saw untuk beristighfar dan memohonkan ampun untuk ummat beliau, baik mukmin laki–laki maupun mukmin perempuan dan apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw adalah merupakan contoh bagi kita, kalau saja Rasulullah ma’sum dan banyak mengucapkan istighfar apa lagi kita yang belum ada jaminan ampunan dari Allah Swt.

Selain Rasulullah saw yang diperintahkan untuk beristighfar, Nabi Adam as pun melakukan amalan istighfar ini, sebagaimana Allah swt berfirman:
Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi”. (QS. Al-Araf :23)

قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ 

Nabi Nuh as juga mengucapkan doa memohon pengampunan kepada Allah swt
“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan”. (QS. Nuh :28)

رَّبِّ ٱغْفِرْ لِى وَلِوَٰلِدَىَّ وَلِمَن دَخَلَ بَيْتِىَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِ وَلَا تَزِدِ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا تَبَارًۢا 

Imam al-Qurthubi Rahimahullah menyebutkan dari Ibnu Subaih rahimahullah, bahwasanya dia berkata:“Ada seorang yang mengadu musim paceklik kepada Hasan al-Bashri rahimahullah, Hasan al-Bashri rahimahullah berkata:”Istighfarlah engkau kepada Allah.’ Ada lagi yang mengadu bahwa dia miskin, Hasan al-Bashri rahimahullah tetap menjawab: ”Mintalah ampun kepada Allah.’ Lain lagi orang yang ketiga, ia berkata:”Doakanlah saya agar dikaruniai anak”.

Hasan al-Bashri rahimahullah tetap menjawab:”Mintalah ampunan kepada Allah.’ Kemudian ada juga yang mengadu bahwa kebunnya kering. Hasan al-Bashri rahimahullah tetap menjawab: ”Mohonlah ampun kepada Allah.’

Melihat hal itu, Rabii’ bin Subaih bertanya: "Tadi orang-orang berdatangan kepadamu mengadukan berbagai permasalahan, dan engkau memerintahkan mereka semua agar beristighfar, mengapa demikian?”, Hasan al-Bashri rahimahullah menjawab:”Aku tidak menjawab dari diriku pribadi, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengatakan dalam firman-Nya (yang artinya)”.

“Maka, Aku katakan kepada mereka: ”Mohonlah ampunan kepada Rabb-mu, -sesungguhnya dia adalah Maha Pengampun, niscaya dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai”. (QS. Nuh: 10-12).

Istighfar adalah merupakan alamat bagi orang – orang yang senantiasa kembali kepada Allah Subhanahu wata’ala yang mengisi malam – malamnya dengan banyak memohon ampun. Allah Subhanahu wata’alaberfirman:

ٱلصَّٰبِرِينَ وَٱلصَّٰدِقِينَ وَٱلْقَٰنِتِينَ وَٱلْمُنفِقِينَ وَٱلْمُسْتَغْفِرِينَ بِٱلْأَسْحَارِ 

“(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur“. (QS. Ali Imran : 17).

Mari perbanyak istighfar pada setiap kondisi dan keadaan, baik pada saat kita berada dimanapun hendaknya lisan kita senantiasa basah dengan banyak berdzikir dan beristighfar kepada Allah Subhanahu wata’ala, karena dengan  banyak beristighfar Allah mengampuni dosa dan memudahkan segala urusan kita.

Pengkhidmatan adalah ciri dari Islam


Kisah Pengorbanan Hadhrat Usman ra

Teringat kisah yang dicontohkan oleh Hadhrat Khalifah Usman bin Affan ra, tatkala itu sedang terjadi kekeringan yang panjang sehingga mengakibatkan banyaknya kaum muslim kekurangan bahan-bahan makanan. Banyak kaum muslimin mengadu kepada Hadhrat Abu Bakar as Siddiq yang kala itu menjabat sebagai khalifah. Kemudian beliau membeli sumur dari orang Yahudi untuk memenuhi kebutuhan kaum muslimin. Namun masih juga banyak yang kekurangan. 

Pada saat itu Hadhrat Usman beserta kafilah dagangnya baru pulang melakukan perdagangan dari Siria dengan membawa berbagai bahan makanan yang terdiri dari biji-bijian dan gandum. Akhirnya beberapa kaum muslimin datang ke rumah Hadhrat Usman untuk membeli gandum dan biji-bijian dengan memberi keuntungan 2 dirham. Hadhrat Usman mengumumkan bahwa ada lagi yang bisa menawar lebih tinggi dari keuntungan 2 dirham?.

Para Sahabat tidak ada yang berani menawar lebih tinggi dari itu. Kemudian Hadhrat Usman menyampaikan bahwa ada yang akan membeli gandum dan biji-bijian ini dengan harga berlipat ganda, siapakah? Dia adalah Allah Ta’ala, sebagaimana janjinya di dalam Alquran :

إِنَّ ٱللَّهَ ٱشْتَرَىٰ مِنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَٰلَهُم بِأَنَّ لَهُمُ ٱلْجَنَّةَۚ  

Sesungguhnya, Allah swt. telah membeli dari orang-orang mukmin jiwa mereka dan harta mereka bahwa bagi mereka tersedia surga. (At Taubah, 111)

Dan akhirnya Hadhrat Usman membagikan semua gandum dan biji-bijian untuk membantu kaum muslimin yang sedang mengalami situasi sulit.

Kebaikan adalah Sedekah

Nabi Muhammad saw bersabda bahwa “Semua bentuk kebaikan itu adalah sedekah”. Mengacu kepada hadits tadi Jemaat Muslim Ahmadiyah juga memiliki suatu prohram pengkhidmatan yang terarah dan berkelanjutan, untuk mengkhidmati manusia di manapun berada. Salah satu program yang tengah dilakukan adalah membangun sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh masyarakat yang tinggal di pelosok-pelosok dunia, terutama negara-negara miskin salah satunya di negara Afrika. 

Disana telah dibangun berbagai sarana umum seperti sekolah-sekolah, Rumah sakit, Lumbung Makanan, perbaikan dan pembaharuan pompa air umum, pembangunan rumah layak huni, dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan semata-mata untuk menolong dan mengkhidmati manusia, serta memperbaiki kehidupan mereka.

Hadhrat Khalifah, Mirza Masroor Ahmad atba, menyampaikan bahwa “Pengkhidmatan kepada umat manusia merupakan bagian terpenting dari ajaran Islam. Mereka yang bekhidmat adalah termasuk orang-orang yang sangat beruntung karena pengabdian mereka menarik balasan dari Allah Ta’ala.

Lebih lanjut, Hadhrat Khalifah, bersabda “Pekerjaan kemanusiaan yang dilakukan oleh Jemaat Muslim Ahmadiyah ditujukan sepenuhnya bukan untuk kepentingan sendiri dan tanpa menginginkan balasan dunia apapun. Apa yang dikerjakan tidak hanya sebagai kewajiban moral mendasar dalam membantu sesama, namun juga dikarenakan kenyataan bahwa mengkhidmati umat manusia adalah bagian penting ajaran Islam.”

Hak Manusia menolong sesama Manusia

Hadhrat Khalifah bersabda: “Di Dalam Alquran Karim, Allah Ta’ala berulang kali memerintahkan kepada orang-orang beriman untuk memenuhi hak-hak umat manusia dan untuk menolong mereka yang membutuhkan atau mereka yang ditimpa kesulitan apapun. Alquran secara khusus menekannkan pentingnya membantu anggota masyarakat yang paling lemah atau mereka yang terpuruk dalam kemiskinan atau yang yatim piatu.”

Sebagaimana contoh yang tiada bandingannya yang telah diperlihatkan oleh Yang Mulia Rasulullah saw, Hadhrat Khalifah bersabda “Yang Mulia Rasulullah saw berulang kali bersabda akan keutamaan memenuhi hak-hak manusia. Dan bila kita mengetahui contoh beberkat beliau saw, kita akan melihat bahwa sebisa mungkin dengan setiap cara, beliau mengkhidmati manusia dan selamanya mengorbankan kesenangan beliau demi memenuhi kenyamanan dan kemudahan bagi orang lainnya. Sungguh! Hingga pada suatu peristiwa, Rasulullah saw bersabda bahwa yang paling utama dalam keimanan adalah menginginkan kebaikan dan melakukan hal yang tulus demi sesama serta memenuhi hak-hak mereka.”

Inilah contoh nyata, atas intruksi dan bimbingan dari Hadhrat Khalifah, maka semua Jamaah Muslim Ahmadiyah bahu membahu menyingsingkan lengan tangan dan siap sedia untuk mengkhidmati manusia tanpa membeda-bedakan. Dan hal yang sudah rutin dilakukan adalah ribuan warga Ahmadi terlibat dalam kegiatan donor darah. Demi untuk kemanusiaan.

Mukjizat - Mukjizat Al Masih dan Al Mahdi

Pengertian Mukjizat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mukjizat adalah kejadian (peristiwa) ajaib yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia. 

Mukjizat adalah tanda khusus yang diberikan oleh Allah Ta’ala.

Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, Imam Mahdi dan Al Masih Mau'ud as bersabda :
"Saya telah diberi lebih dari tiga ratus ribu tanda dari Tuhan" (Hakikatul Wahyi, hal. 67)
Hadhrat Imam Ghazali ra mengatakan bahwa "Apabila seorang Nabi bersabda :

إِنَّ اَيَةَ صِدْقِيْ فِيْ هٰذَا الْيَوْمِ اَنِّي اُحَرِّكُ اِصْبَعِيْ فَلَا يَقْدِرُ اَحَدٌ مِنَ الْبَشَرِ عَلٰي مَعَارِضِي فَلَمْ يُعَارِضْهُ اَحَدٌ فِي ذٰلِكَ الْيَوْمِ ثَبَتَ صِدْقُهُ (الاقتصاد في الاعتقاد)ه

"Sesungguhnya tanda kebenaran ku, bila hari ini aku menggerakkan jariku, maka tidak ada seorang manusia yang mempunyai kekuatan untuk menentangku, dan tidak ada seorangpun yang dapat melawanku pada hari ini, ini adalah bukti atas kebenaranku."

Syarat-syarat Mukjizat
  1. Yang menimbulkan kekalahan kepada orang-orang lain di hadapan Nabi.
  2. Yang tidak bertentangan dengan janji atau sunnah Tuhan. 
  3. Yang didalamnya mengandung sesuatu rahasia. 
Kata Mukjizat

Dalam Alquran dan Hadits untuk kata Mukjizat dipakai kata "ayat", sebagaimana Allah Taala berfirman :

فَاَنْجَيَْنٰهُ وَاَصْحَابَ الشَّفِيْنَةِ وَجَعَلْنٰهَا آيَةًلِّلْعَالَمِيْنَ

Kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang bahtera itu dan akan kami jadikan peristiwa itu ayat, tanda, mukjizat bagi semua umat manusia. (Surah Al Ankabut, 15)

Mukjizat yang pertama

Sebelum Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad menda'wakan diri sebagai Imam Mahdi dan Isa Al Masih, beliau menulis satu kitab yang berjudul "Barahin Ahmadiyah". Dalam kitab ini beliau menerangkan bukti-bukti tentang zat Allah Ta’ala, jawaban-jawaban kepada orang-orang yang beragama Arya Samaj tentang wahyu atau ilham, menerangkan tafsir surat Al Fatihah dan beberapa perkara yang lainnya, menjelaskan banyak nubuwatan baru dari pada Tuhan. 

Tentang kitab ini beliau mengajukan tantangan, barang siapa yang bisa menjawab 1/5 dari bukti-bukti yang diterangkan dalam kitab ini, akan diberi hadiah 10.000 rupees.

Tetapi sampai waktu ini tidak ada orang yang menerima tantangan beliau ini. Jadi buku ini merupakan sebuah mukjizat dari Allah Ta’ala terkait dengan cakrawala ilmu pengetahuannya sehingga sampai saat ini belum ada yang bisa mematahkan dalil-dalil yang sudah tertulis di dalam buku Barahin Ahmadiyah. 

7 Dosa Besar yang Merusak

Rasulullah saw bersabda :
عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صلعم قَالَ اجْتَنِبُوْا السَّبْعَ الْمُوْبِقَاتِ قَالُوْا يَارَسُوْلَ اللهِ وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللهِ وَالسِّحْرُوَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِيْ حَرَّمَ اللهُ اِلَّابِالْحَقِّ وَاَكْلُ الرِّبَا وَاَكْلُ مَالِ الْيَتِيْمِ وَالتَّوَلِّيْ يَوْمَ الرَّخْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلَاتِ.

Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda : “Wahai kaum muslimin, jauhilah tujuh perkara yang membawa kepada keruntuhan!” (Keruntuhan Akhlak, moral dan persaudaraan). Para sahabat ra bertanya : “Apakah ketujuh perkara itu ya Rasulullah?”. Rasulullah saw bersabda : “Pertama mempersekutukan Allah Ta’ala dengan yang lain, kedua sihir, ketiga membunuh orang tanpa hak, keempat memakan riba, kelima memakan harta anak yatim, keenam melarikan diri dalam perang saat menghadapi musuh dan ketujuh menuduh atau memfitnah wanita mukmin yang tidak berdosa.” (HR. Bukhari)

Dalam hadits ini Rasulullah saw menerangkan tujuh perbuatan yang dapat mengakibatkan kehancuran dalam pribadi manusia dan bangsa. 

Yang pertama Syirik, yaitu mempersekutukan Tuhan dengan benda yang lain dalam Dzat-nya dan Sifat-nya. Sudah sangat jelas sekali di dalam surat Al Ikhlas pernyataan Tuhan bahwa :

قُلْ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ  وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدٌۢ 
Syirik terbagi 2 macam: Syirik nyata dan syirik Khafi. Syirik nyata adalah menyamakan wujud Allah Ta’ala dengan manusia atau benda yang lain atau menganggapnya turut campur dalam pemerinta-han Tuhan atau memandangnya memiliki sifat-sifat Tuhan. Syirik Khafi adalah syirik yang halus, tersembunyi. Contoh : seseorang selalu mengakui ketauhidan Allah Ta’ala, tetapi dalam praktek dia menghormati benda - benda yang lain kemudian mensejajar-kannya dengan Allah Ta’ala, karena hakikatnya penghormatan khusus hanyalah untuk Allah Ta’ala saja.

Terdapat Syair bahwa “Apa saja benda yang bertahta dalam hatimu sebagai lawan Tuhan, di itulah berhalamu. Wahai orang-orang yang lemah iman! Berhati-hatilah kamu terhadap patung-patung yang tidak nampak itu. Dan hindarkanlah lubuk hatimu dari berhala-berhala itu.”

Yang kedua Sihir. Dalam bahasa Arab adalah sesuatu yang dapat menipu mata. Yakni di dalamnya hakikat sesuatu di sembunyikan dan diperlihatkan dalam bentuk yang lain, serta kebohongan itu diperlihatkan seolah-olah sebagai kebenaran. Sihir semacam ini adalah bentuk dusta yang teramat buruk, karena di dalamnya bukan saja berbohong tetapi bercampur pula dengan penipuan dan pengecohan.

Ketiga adalah Pembunuhan tanpa hak. Hukum Islam menetapkan bahwa pembunuhan yang disengaja adalah hukuman mati. Pembuhunan tanpa hak dalam pandangan Islam sebagai kejahatan yang demikian berbahaya. Bahkan Allah Swt berfirman : “barangsiapa membunuh seseorang dengan tidak berhak, seolah-olah dia telah membunuh manusia semuanya.
Keempat adalah riba. Riba ini dikatagorikan suatu perbuatan yang diharamkan. Akibat dari Riba ini ada 3 hal : 
  1. Akhlak yang halus dari fitrat insani akan menjadi rusak binasa karenanya;
  2. Timbul keberanian untuk berhutang lebih dari kesanggupan untuk membayarnya;
  3. Ada kelonggaran untuk memperpan-jang masa peperangan, karena terdorong oleh rasa permusuhan, orang berani saja berhutang untuk memperpanjang peperangan itu.
Perhutangkan yang diperbolehkan dalam Islam adalah Qardan Hasanah (Perhutangan biasa dalam keluarga), hutang berupa Gadai dan Perkongsian dalam perusahaan.

Kelima Memakan Harta Anak Yatim. Adalah dosa yang akan membawa keruntuhan kepada suatu keluarga atau bangsa, karena akibatnya anak-anak bangsa akan hidup tidak karuan; sikap santun dan perasaan kasih sayang akan lenyap, dan sikap curang akan tumbuh; terbuka jalan untuk menganiaya yang lemah; semangat berkorban berangsur-angsur akan hilang.

Yang kenam adalah melarikan diri dari muka musih dalam medan perang. Hal ini Allah Ta’ala dengan tegas telah mengatur dalam QS. Al-Anfal 15-16)
"Hai yang orang-orang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir yang sedang bergerak dalam pasukan, maka janganlah kamu berbalik membelakangi mereka; Dan barangsiapa berbalik pada hari itu, kecuali beralih tempat membelakangi mereka untuk perang atau untuk bergabung kepada pasukan lain, maka sesungguhnya ia kembali dengan kemurkaan dari Allah, dan tempat tinggalnya adalah Jahannam. Dan sangat buruk tempat kembali."
Ke tujuh adalah Menuduh atau Menfitnah wanita mukmin yang tidak berdosa. Sudah sangat jelas bahwa memfitnah itu disejajarkan dengan membunuh. Jadi ini adalah suatu dosa yang sangat besar.

Indek Pencarian

Esensi Khilafat

Hadhrat Khalifatul Masih ke V, Mirza Masroor Ahmad atba. 

Sesuai dengan syariat Islam, sangat penting dan harus ada khalifah di dalam Islam. Sebagaimana Rasulullah saw bersabda ;
وَمَنْ مَاتَ وَلَيْسَ فِيْ عُنُقِهِ بَيْعَةٌ مَاتَ مِيْتَةً جَاهِلِيَََّةً
Seseorang yang mati dan tidak Bai'at kita pada seorang Imam (yakni khalifah), maka matinya adalah mati jahiliyah, (Muslim & Misykat hal. 320)

Hadits ini telah disepakati oleh para sahabat dan terbukti bahwa sesudah Rasulullah saw, Khalifah Abu Bakar ra, Khalifah Umar ra, Khalifah Utsman ra, dan Khalifah Ali ra semuanya berturut-turut diangkat sebagai Khalifah. Yang kemudian dikenal dengan sebutan khalifatur Rasyiddin (yakni ke khalifah-an setelah kewafatan Yang Mulia Rasulullah saw.)
Hadits ini juga menggambarkan bahwa khalifah dalam Islam adalah suatu keutamaan, seorang Imam atau pemimpin yang dapat diayomi dan ditiru tutur kata serta perbuatannya, Khalifah menjadi rool model dalam menata hati dan mengelola kehidupan.

Esensinya bahwa khalifah akan terus dibutuhkan oleh kaum Muslim guna sebagai pemimpin dan pengendali baik kaitannya imanan maupun perkembangan Islam. Hakikatnya Islam tampa pemimpin bagaikan mobil tanpa supir. Sesempurnya kendaraan, sebagusnya kendaraan, bahkan semahalnya kendaraan tetap tanpa dikendalikan oleh seorang supir tak akan berguna. Begitu juga Islam. Islam sebagai agama yang sempurna tentu tidak bisa berjalan dengan sendirinya tanpa ada yang memimpin dan mengarahkan. Tentu khalifah sangat dibutuhkan.

Dalam sebuah seminar di Jakarta pada tahun 1924 yang diinisiasi oleh Yayasan Risalah Jakarta yang bertemakan Khilafah is the Answer dikutip oleh Tuan H. M. Ahmad Cheema HA, Sy mengutip bahwa "Sekarang orang-orang Muslim tidak memiliki ruh Islam, yang ada dan tampak hanyalah pengaruh budaya Barat. Dahulu pernah ada sebuah khilafat di Turki, tetapi kemudian pada tahun 1924 sistem khilafat itu tidak ada lagi, tertelan oleh dominasi sistem pemerintahan sekuler Turki."

Keberadaan seorang Khalifah atau imam dalam Islam telah tertulis pula di dalam Alquran Surat An Nuur ayat 56. Dan seluruh Umat islam harus taat kepadanya, siapa yang ingkar sesudahnya maka mereka itulah orang-orang yang fasik (durhaka).

Khalifah adalah manusia yang dipilih dan diangkat oleh Allah Ta’ala untuk menjadi Imam Zaman atau disebut Imamul muslimin di zaman ini. Dia adalah orang yang paling bertakwa yang menjadi pemimpin orang-orang yang bertakwa. Yang mengajak manusia kembali kepada Tauhid Ilahi (ke Imanan dan Ke-Esa-an Allah) yang dibawa oleh Hadhrat Khatamun Anbiya Muhammad saw.

Khalifah atau Imam adalah seorang yang bisa mempersatukan umat Islam di seluruh dunia yang kini terpecah belah akibat perselisihan. Sebagaimana diingatkan dalam Alquran Surat Ali Imran ayat 105-106 :
"Dan berpegangteguhlah kamu sekalian pada tali Allah, janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah atasmu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, lalu Dia menyatukan hatimu dengan kecintaan antara satu sama lain maka dengan nikmat-Nya itu kamu menjadi bersaudara, dan kamu dahulu berada di tepi jurang Api lalu Dia menyelamatkan-mu darinya. Demikianlah Allah menjelaskan Ayat-ayat-Nya ke-padamu supaya kamu mendapat petunjuk.(Ali 'Imran:104) Dan hendaklah ada se-golongan di antara kamu yang senantiasa menyeru manusia kepada kebaikan, menyuruh berbuat baik, melarang berbuat buruk, dan mereka itulah orang-orang yang berhasil. (Ali 'Imran:105)"
Jadi melalui Khalifah lah bendera Islam dapat disatukan, sehingga seluruh umat dapat berkumpul dan bernaung dibawah ya.

Khalifah adalah sosok yang tidak hanya menunjukkan jalan untuk keselamatan tetapi juga menyinari jalan itu. Dan tidak hanya dapat memberikan ketentraman kepada mereka yang sakit atau sekarat, tetapi juga Insya Allah dapat menyembuhkan mereka yang sakit dan sekarat.

Doa-doanya selalu didengar Allah Ta’ala secara khusus dengan penuh kasih sayang. Allah Ta’ala akan menuntun nya dalam setiap keputusan yang dibuat. Dan dia mungkin keliru dalam mengambil keputusan, tetapi Allah Ta’ala akan menjamin bahwa keputusan yang pada awalnya tampak salah, akhirnya akan menjadi keputusan yang benar. 

Khalifah atau Imam zaman mengajak manusia kepada kebajikan, kebaikan, dan menghilangkan kedurhakaan dengan menunjukkan cara hidup dan kehidupan beragama secara benar. Dia akan memberi petunjuk-petunjuknya kepada umatnya dan petunjuknya ditaati (An Nisa 60), dan perilakunya menjadi contoh serta suri tauladan umat manusia. 

#Ahmadiyah, #Khalifah Islam, #Mirza Masroor Ahmad, #Khalifah Ahmadiyah

Indeks pencarian :

5 Perusak Hati


Hati adalah Pengendali. Jika ia baik, baik pula perbuatannya. Jika ia rusak, rusak pula perbuatannya. Maka menjaga hati dari kerusakan adalah kewajiban kita. Penyakit hati berbeda dengan penyakit kulit, sekalipun tidak kelihatan bahayanya bisa mematikan. Untuk itu kita harus mengetahui apa saja yang dapat merusak hati kita berikut ini adalah pendapat Imam Ibnul Qayyim rh tentang 5 perkara yang dapat merusak hati yakni :

1. Pergaulan yang Salah
Pergaulan adalah perlu, tetapi tidak asal bergaul dan banyak teman. Pergaulan yang salah akan menimbulkan masalah. Teman-teman yang buruk lambat laun akan menghitamkan hati, melemahkan dan menghilangkan rasa nurani, akan membuat yang bersangkutan larut dalam memenuhi berbagai keinginan mereka yang negatif.

Dalam kenyataan sehari-hari kita sering menyaksikan orang yang hancur hidup dan kehidupannya gara-gara pergaulan. Dan memang, kehancuran manusia lebih banyak disebabkan oleh sesama manusia. Karena itu, kelak di akhirat, banyak yang menyesal berat karena salah pergaulan. Allah swt berfirman :

وَ  یَوۡمَ یَعَضُّ الظَّالِمُ عَلٰی  یَدَیۡہِ یَقُوۡلُ یٰلَیۡتَنِی اتَّخَذۡتُ مَعَ الرَّسُوۡلِ سَبِیۡلًا ﴿۲۸﴾ یٰوَیۡلَتٰی لَیۡتَنِیۡ لَمۡ اَتَّخِذۡ فُلَانًا خَلِیۡلًا 

Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang aniaya menggigit dua tangannya seraya berkata, Aduhai (dulu) kiranya aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab (ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Alquran ketika Alquran itu telah datang kepadaku. (Al Furqan, 25:27-29)

2. Larut dalam angan-angan kosong
Angan-angan kosong adalah lautan tak bertepi. Ia adalah lautan tempat berlayarnya irang-orang bangkrut. Bahkan dikatakan, angan-angan adalah modal orang-orang bangkrut. Ombak angan-angan terus mengombang-ambingkannya, khayalan-khayalan dusta senantiasa memper-mainkannya. Angan-angan kosong adalah kebiasaan orang yang berjiwa kerdil dan rendah.

Daripada beragan-angan kosong yang bisa membuat jiwa kita kosong lebih baik kita isi pikiran kita dengan berzdikir, Rasulullah saw bersabda : “Tamsil orang-orang yang mengingat Tuhannya dan yang tidak mengingat-Nya adalah tak ubahnya seperti orang yang hidup dengan orang yang mati, tiada suatu kaum yang duduk berdzikir kepada Allah melainkan para malaikat mengitarinya.

3. Bergantung Kepada selain Allah
Ini adalah faktor terbesar perusak hati. Tidak ada sesuatu yang lebih berbahaya dari bertawakkal dan bergantung kepada selain Allah.

Jika seseorang bertawakkal selain kepada Allah maka Allah akan menyerahkan urusan orang tersebut kepada sesuatu yang ia bergantung padanya. Allah akan menghinakannya dan menjadikannya perbuatannya sia-sia. Ia tidak akan mendapatkan sesuatu pun dari Allah, juga tidak dari makhluk yang ia bergantung kepadanya, sebagaimana Allah swt berfirman:
وَ اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ اٰلِہَۃً  لَّعَلَّہُمۡ یُنۡصَرُوۡنَ ﴿ؕ۷۵﴾ لَا یَسۡتَطِیۡعُوۡنَ نَصۡرَہُمۡ ۙ وَ ہُمۡ   لَہُمۡ  جُنۡدٌ  مُّحۡضَرُوۡنَ ﴿۷۶﴾
Mereka mengambil sembahan-sembahan selain Allah agar mereka mendapat pertolongan. Berhala-berhala itu tidak dapat menolong mereka, padahal berhala-berhala itu menjadi tentara yang disiapkan untuk menjaga mereka. (Yasin, 36:74-75)

Maka orang yang paling hina adalah yang bergantung kepada selain Allah. Ia seperti orang yang berteduh dari panas dan hujan di bawah rumah laba-laba. Dan rumah laba-laba adalah rumah yang paling lemah dan rapuh.

4. Makanan
Makanan perusak ada dua macam: Pertama, merusak karena zatnya seperti Haram karena hak Allah, seperti bangkai, darah, anjing, dll. Kedua Diharamkan karena hak hambanya seperti barang curian, rampasan dan sesuatu yang di ambil tanpa kerelaan pemiliknya.

Kedua, merusak karena melampaui ukuran dan takarannya. Seperti berlebihan dalam hal yang halal, kekenyangan kelewat batas. Barangsiapa banyak makan dan minum, niscaya akan banyak tidur dan banyak merugi. Dalam sebuah hadits disebutkan :
"Tidaklah seorang anak Adam memenuhi bejana yang lebih buruk dari memenuhi perutnya (dengan makanan dan minuman). Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap (makanan) yang bisa menegakkan tulang rusuknya. Jika harus dilakukan, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga lagi untuk nafasnya.”(HR. At-Tirmidzi, Ahmad dan Hakim dishahihkan oleh Albani)

5. Kebanyakan tidur
Banyak tidur mematikan hati, memenatkan badan, menghabiskan waktu dan membuat lupa serta malas. Di antara tidur itu ada yang sangat dibenci, ada yang berbahaya dan sama sekali tidak bermanfaat. Sedangkan tidur yang paling bermanfaat adalah tidur saat sangat dibutuhkan. 

Diantara tidur yang dibenci adalah tidur antara sholat subuh dengan terbitnya matahari. Sebab ia adalah waktu yang sangat strategis. Karena itu, meskipun para ahli ibadah telah melewatkan sepanjang malamnya untuk ibadah, mereka tidak mau tidur pada waktu tersebut hingga matahari terbit. Sebab waktu itu adalah awal dan pintu siang, saat diturunkan dan dibagi-bagikannya rizki, saat diberikannya barakah. Maka masa itu adalah masa yang strategis dan sangat menentukan masa-masa setelahnya. Karenanya, tidur pada waktu itu hendaknya karena benar-benar sangat terpaksa.

Keistimewaan Shalat Berjamaah

Siapa diantara kita yang tidak tahu bahwa mengerjakan shalat adalah kewajiban bagi umat Islam. Al-Qur'an telah menarik perhatian kita ke arah itu di berbagai tempat dengan menjelaskan pentingnya. Menurut Nabi Muhammad saw, shalat adalah inti ibadah (Sunan At Tarmidzi). Beliau saw bahkan mengatakan bahwa meninggalkan shalat membuat seseorang lebih dekat dengan kekafiran dan penyembahan berhala (Sahih Muslim). Kemudian, menjelaskan pentingnya Salat, Nabi saw bersabda, إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ "Sesungguhnya amal perbuatan seorang hamba yang pertama kali akan dihisab (dimintai pertangungjawaban, penilaian) pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi…"

" Shalat adalah inti ibadah"
Seorang beriman sejati tidak hanya sekedar mengerjakan shalat saja, melainkan ia harus mengerjakan shalat untuk menghapus korosi spiritual (karat-karat rohaniah). Sebagaimana Nabi Muhammad saw menjelaskan dengan sebuah contoh, أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهْرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ هَلْ يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَىْءٌ “Bagaimana pendapat kalian seandainya di depan pintu seorang dari kalian terdapat sebuah sungai. Setiap hari ia mandi lima kali di dalamnya. Apakah masih ada kotoran yang melekat di tubuhnya?” Para Sahabat beliau saw menjawab, “Wahai Rasulullah, tidak ada jejak kotoran akan ditinggalkan!” Atas hal ini, Hadhrat Rasulullah bersabda, فَذَلِكَ مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ يَمْحُو اللَّهُ بِهِنَّ الْخَطَايَا “Itulah perumpamaan shalat lima waktu. Dengannya Allah menghilangkan dosa dan menghilangkan kelemahan,” (Sahih Muslim, Kitab Tentang Shalat No. 667). 

Dengan demikian, tidak tersisa sedikit pun karat rohaniah pada jiwa seorang yang shalat lima waktu. Nabi saw menjelaskan pentingnya shalat dengan perumpamaan yang demikian cemerlang. Tapi seperti yang saya sudah katakan, perintah bagi orang beriman sejati ini tidak hanya tentang menjalankan Salat saja melainkan Nabi Muhammad saw lebih lanjut menjelaskan tentang pembersihan ruh dari kekotoran, إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ وَأَتَى الْمَسْجِدَ لَا يُرِيدُ إِلَّا الصَّلَاةَ لَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إِلَّا رَفَعَهُ اللهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْهُ خَطِيئَةً حَتَّى يَدْخُلَ الْمَسْجِدَ “…bila seseorang yang melakukan wudhu di rumahnya dengan sempurna lalu keluar dari rumahnya menuju Masjid, dia tidak keluar kecuali untuk melaksanakan shalat berjamaah, maka tidak ada satu langkah pun dari langkahnya kecuali akan meningkatkan statusnya (derajat rohaniahnya), dan akan menghapus salah satu dari dosa-dosanya …” (Shahih Al-Bukhari, Kitabush Shalat.) Ini berarti bahwa setiap langkah akan mendapatkan dia pahala.

"Shalat adalah cara untuk melepaskan dosa-dosa" 
Di kesempatan lain, Nabi saw bersabda menjelaskan pentingnya shalat berjamaah, أَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ “Maukah kalian aku tunjukkan tentang sesuatu yang dengannya Allah menghapus dosa-dosa dan mengangkat derajat-derajat? Para sahabat yang selalu siap untuk menemukan cara-cara untuk mendapat ridha Allah, dan untuk mencapai kedekatan-Nya dan terlepas dari dosa-dosa mereka, memohon, بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ ‘Tentu saja, mohon katakanlah, wahai Rasulullah.’ Beliau berkata, إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ وَانْتِظَارُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الصَّلاَةِ فَذَلِكُمُ الرِّبَاطُ ‘Menyempurnakan wudhu dalam keadaan yang tidak disukai (sulit), memperbanyak langkah menuju masjid, dan menunggu shalat (yang berikutnya) setelah melakukan shalat, (Hal ini membuat orang terlepas dari dosa.) Tidak hanya itu, tapi ini adalah sejenis ribaath (menjaga perbatasan).” (Shahih Muslim Kitab tentang Kebersihan) 
"Shalat berjamaah berfungsi sebagai pagar batas, antara manusia dengan syaitan" 
Artinya, itu penjagaan perbatasan oleh para prajurit sebagaimana negara-negara membangun perbatasan di perbatasan dengan negara-negara lain dan menunjuk angkatan bersenjata untuk tugas penjagaan itu. Mengapa batas-batas perlu dijaga? Supaya negara dapat dilindungi dari serangan pihak lain dan pasukan negara itu sesaat dapat siap sedia bila diserang musuh. Ancaman bahaya terbesar yang mana keamanan dan pagar batas diperlukan bagi orang mukmin adalah dari Setan dan dari hasrat-hasrat duniawi yang ditanamkan Setan di dalam hati orang beriman. Setan menyerang melalui itu. Agar dapat terlindungi dari serangan-serangan tersebut, shalat berjamaah berfungsi sebagai sebuah pagar batas. Ini adalah batalion para penjaga yang akan melindungi orang beriman dari serangan-serangan tersebut. shalat berjamaah juga akan menyelamatkan orang-orang beriman dari dosa-dosa dan membuat mereka condong untuk melakukan perbuatan baik.

Demikian pula, sebuah hadis mengisahkan bahwa Nabi saw bersabda, صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ تَفْضُلُ صَلَاةَ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً ‘shalaatul jamaa’ati tafdhulu shalaatal faddi bisab’i wa ‘isyriina darajah.’ - “Shalat dengan berjamaah lebih tinggi derajatnya 27 kali daripada shalat sendirian.” (Shahih Bukhari Kitab tentang Azan, No. 650)

"Shalat berjamaah membuat barisan persatuan yang kokoh" 
Hadhrat Imam Mahdi dan Masih Mau’ud as bersabda menjelaskan pentingnya shalat berjamaah: “Maksud banyaknya pahala dalam shalat berjamaah ialah karena itu menciptakan persatuan. Fokus perhatian agar dapat merawat dan memelihara persatuan ini telah ada dalam corak perbuatan, yaitu para mushalli (yang shalat) diperintahkan supaya kaki-kaki mereka pun dalam satu barisan yang lurus sejajar selama shalat...” (hal itu sempurna bila meluruskan tumit-tumit, telapak kaki bagian belakang) dan Jemaah harus berdiri dengan saling merapatkan. Seolah-olah mereka itu satu wujud…” (supaya tercipta kekuatan) Hal itu supaya nur (cahaya) ruhani dari seseorang akan meresap atau mengalir kepada orang lain dan hilang diantara mereka corak-corak pengutamaan diri sendiri atas orang lain yang melahirkan keakuan, ‘ujb (kebanggaan) dan keserakahan. (Artinya, terlepas dari kaya atau miskin, semua orang akan berdiri dalam satu shaf. Sebab, beberapa orang memiliki kebanggaan dan keakuran dalam hati mereka, yang terkikis dengan shalat berjamaah.) (Lecture Ludhiana, Ruhani Khazain jilid 20, h. 281-282.) 

Sitarah


Sitarah adalah lambang bintang bersudut 14 yang setiap sudutnya bertuliskan lafaz Allahu akbar sedangkan di bagian tengah ya bertuliskan kalimat laa Ilaaha Ilallah.


Falsafah dari bintang sitarah adalah:

  1. Bersudut 14 menunjukkan bahwa Imam Abad ke 14 yang bergelar Imam Mahdi sudah turun dalam wujud Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. Beliau lahir di Qadian India, tanggal 13 Februari 1835.
  2. Bertuliskan Allahu Akbar, melambangkan bahwa tugas dari Imam Mahdi adalah untuk mengagungkan dan membesarkan kembali Islam untuk kedua kalinya di akhir zaman dengan keagungan Allah Ta’ala. 
  3. Di tengah tertulis lafazd Laa Ilaaha Ilallah, memiliki makna bahwa ketauhidan harus senantiasa kita pegang, tanaman di dalam hati, serta memperkokoh keimanan kepada Allah. 

Keistimewaan Dalam Sifat, Akhlak dan Perilaku

Ajaran Islam sangat menekankan praktik akhlak tertinggi dan tata krama yang baik di setiap kesempatan baik di lingkungan rumah maupun di lingkungan masyarakat. Apa yang Islam ajarkan berupa memperlihatkan akhlak fadhilah kepada setiap tingkatan masyarakat baik sesama agama maupun selainnya dengan tidak melewatkan segi akhlak sekecil apa pun, tidak ada agama selain Islam yang membahas masalah ini secara rinci. Namun, sayangnya, termasuk kemalangan umat Muslim, yang pada umumnya dianggap berada paling bawah dalam hal ini.

Nabi Muhammad shallaLlahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan kepada seorang anak yang makan secara terburu-buru dan tangannya berseliweran kesana kemari, يَا غُلاَمُ سَمِّ اللَّهَ ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ ”Wahai Ghulam (Nak!), sebutlah nama Allah (bacalah ‘BismiLlaah’), makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang ada di hadapanmu.” Maka dari itu, tarbiyat kepada anak-anak hendaknya dengan cara-cara yang menimbulkan dalam diri mereka akhlak luhur saat dewasa. (Shahih al-Bukhari, Kitab al-ath’imah, no. 5376 dan Muslim no. 2022) Dari ‘Umar bin Abi Salamah) 

Selanjutnya, ketidakjujuran adalah dosa dan kebenaran (kejujuran) adalah kebajikan dan moral yang baik. Nabi (saw) telah memberikan panduan untuk menanamkan kualitas moral ini di hati anak-anak sejak kecil mereka dengan cara ini. Seorang Sahabat menceritakan sebuah kejadian masa kecilnya yang mengatakan, “Suatu kali, Nabi datang ke rumah kami. Karena ketidakdewasaan saya, beberapa saat kemudian, sementara Nabi masih hadir di rumah, saya hendak pergi bermain di luar. Oleh karena itu, untuk menghentikan saya meninggalkan lingkungan yang diberkati ini, ibu saya berkata, ‘Kemarilah dan tinggallah di sini (jika Anda melakukannya), saya akan memberi Anda sesuatu.’ Atas ini, Nabi (saw) berkata, ‘Apakah Anda ingin memberinya sesuatu?’ Ibu saya menjawab, ‘Ya, saya akan memberinya kurma.’ Atas ini, Nabi Suci berkata, ‘Jika ini bukan niat Anda dan Anda hanya mengatakan ini untuk memanggil anak itu, Anda pasti bersalah melakukan dosa karena berbohong.’"  (Musnad Ahmad, Musnad orang-orang Makkah; Abu Dawud bab At-Tasydid fil Kadzib no. 498, lihat Ash-Shahihah no. 748.) 

Pernah suatu kali seseorang bertanya kepada beliau (saw), كَيْفَ لِي أَنْ أَعْلَمَ إِذَا أَحْسَنْتُ وَإِذَا أَسَأْتُ “Bagaimana cara saya mengetahui apakah saya itu adalah orang baik atau buruk?” 

Beliau saw menjawab, إِذَا سَمِعْتَ جِيرَانَكَ يَقُولُونَ قَدْ أَحْسَنْتَ فَقَدْ أَحْسَنْتَ وَإِذَا سَمِعْتَهُمْ يَقُولُونَ ‏:‏ قَدْ أَسَأْتَ فَقَدْ أَسَأْتَ “Jika tetangga Anda mengatakan Anda itu baik, maka ketahuilah, perbuatan Anda juga baik. Jika mereka mengatakan Anda buruk, ketahuilah berarti perilaku Anda buruk dan tidak benar.” (Sunan Ibni Maajah, Kitab az-Zuhd, bab tsana al-husn, no. 4223) 

Beliau juga bersabda kepada para pengurus, سَيِّدُ الْقَوْمِ خَادِمُهُمْ Sayyidul qaumi khaadimuhum “Pemimpin sebuah kaum ialah khadim (pengkhidmat) bagi kaumnya itu.”  (Kanzul ‘Ummal fii sunanil aqwaali wal af’aali, al-juz as-saadis, halaman 302, kitaabis safar min qismil aqwaali al-fashlits tsaani fii adabis safari wal widaa’I hadits 17513, penerbit Darul Kutub al-‘Ilmiyyah, Beirut (Lebanon), 2004) 

Artinya, “Akhlak kalian dapat terhitung baik apabila kalian mengganggap diri kalian adalah khadim bangsa dan mengkhidmati umat sekuat kemampuan kalian.”

Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda: “Allah Ta’ala telah berfirman berkaitan dengan keagungan Rasulullah saw: وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ Artinya, ‘engkau menempati (memiliki) khulq (akhlak) yang agung’. (Surah al-Qalam; 5) Jadi, sesuai penjelasan itu pengertiannya adalah ‘segala macam akhlak: murah hati, berani, adil, kasih sayang, dermawan, jujur, bijaksana dan sebagainya terhimpun di dalam diri engkau.’ Ringkasnya, sekian banyak kekuatan alami yang terdapat di dalam hati manusia seperti: sikap hormat, santun, tulus hati, murah hati, cemburu, tabah, rendah hati, bersih hati, adil, setia kawan, keberanian, kedermawanan, maaf, sabar, baik hati, lurus hati, setia, dan sebagainya, apabila semua keadaan thabi’i (alami) ini ditampilkan sesuai dengan tempat dan kesempatan serta mengikutkan pertimbangan akal dan pikiran maka semua akan dinamakan akhlak. Semua sifat yang pada hakikatnya merupakan keadaan-keadaan thabi’i (alami) serta gejolak-gejolak thabi’i (alami) manusia, dan kesemuanya itu baru dapat disebut akhlak apabila digunakan dengan sengaja sesuai waktu, tempat dan keadaan.” (Filsafat Ajaran Islam) 

Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda, “Akhlak-akhlak manusia tampil dalam dua kondisi, yakni dalam kondisi mengalami cobaan atau dalam kondisi memperoleh anugerah-anugerah (kekuasaan, kenikmatan dan kesejahteraan). Jika yang ada hanya satu sisi saja, sedangkan sisi yang kedua tidak ada, maka akhlak tersebut tidak akan dapat diketahui. Dikarenakan Allah Ta’ala bermaksud menyempurnakan akhlak-akhlak Rasulullah saw, oleh sebab itu sebagian hidup beliau dilalui di Mekkah, dan sebagian lagi di Madinah. Rasulullah saw telah memperlihatkan tauladan sabar terhadap penderitaan-penderitaan besar yang ditimbulkan oleh para musuh di Mekkah. Dan walau pun mereka itu bersikap sangat keras, tetap saja beliau berlaku lembut dan penuh kasih sayang. Dan amanat yang beliau bawa dari Allah Ta’ala tetap saja beliau sampaikan kepada mereka. Kemudian, ketika beliau telah memperoleh kejayaan di Madinah, dan para musuh itu jugalah yang telah tertawan, dan dihadapkan kepada beliau, maka kebanyakan mereka telah diampuni oleh Rasulullah saw. Walau pun beliau memiliki kekuatan untuk balas dendam, tetap saja beliau tidak melakukannya.”

Lalu, beliau as melanjutkan membahas akhlak Nabi Muhammad saw, “Kita harus menyimak hal-hal berikut ini dengan amat perhatian. Saya telah mempelajari situasi banyak orang dengan studi yang cermat, beberapa dari mereka bermurah hati (yaitu orang-orang memberikan uang dengan murah hati) tapi terinfeksi mudah gugup dan mudah tersinggung, (mudah marah). (Artinya mereka biasa memberi dengan dermawan namun pemarah sekali baik terhadap orang kecil maupun orang besar. Jika marah, ia mengungkit-ungkit kebaikannya terhadap mereka.)

Istighfar : Kunci Menutupi Kelemahan

Terkadang manusia tidak menyadari akan perbuatan-peruatan yang telah dilakukan, apalagi perbuatan buruk atau dosa, seakan-akan manusia pada ...