Keistimewaan Dalam Sifat, Akhlak dan Perilaku

Ajaran Islam sangat menekankan praktik akhlak tertinggi dan tata krama yang baik di setiap kesempatan baik di lingkungan rumah maupun di lingkungan masyarakat. Apa yang Islam ajarkan berupa memperlihatkan akhlak fadhilah kepada setiap tingkatan masyarakat baik sesama agama maupun selainnya dengan tidak melewatkan segi akhlak sekecil apa pun, tidak ada agama selain Islam yang membahas masalah ini secara rinci. Namun, sayangnya, termasuk kemalangan umat Muslim, yang pada umumnya dianggap berada paling bawah dalam hal ini.

Nabi Muhammad shallaLlahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan kepada seorang anak yang makan secara terburu-buru dan tangannya berseliweran kesana kemari, يَا غُلاَمُ سَمِّ اللَّهَ ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ ”Wahai Ghulam (Nak!), sebutlah nama Allah (bacalah ‘BismiLlaah’), makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang ada di hadapanmu.” Maka dari itu, tarbiyat kepada anak-anak hendaknya dengan cara-cara yang menimbulkan dalam diri mereka akhlak luhur saat dewasa. (Shahih al-Bukhari, Kitab al-ath’imah, no. 5376 dan Muslim no. 2022) Dari ‘Umar bin Abi Salamah) 

Selanjutnya, ketidakjujuran adalah dosa dan kebenaran (kejujuran) adalah kebajikan dan moral yang baik. Nabi (saw) telah memberikan panduan untuk menanamkan kualitas moral ini di hati anak-anak sejak kecil mereka dengan cara ini. Seorang Sahabat menceritakan sebuah kejadian masa kecilnya yang mengatakan, “Suatu kali, Nabi datang ke rumah kami. Karena ketidakdewasaan saya, beberapa saat kemudian, sementara Nabi masih hadir di rumah, saya hendak pergi bermain di luar. Oleh karena itu, untuk menghentikan saya meninggalkan lingkungan yang diberkati ini, ibu saya berkata, ‘Kemarilah dan tinggallah di sini (jika Anda melakukannya), saya akan memberi Anda sesuatu.’ Atas ini, Nabi (saw) berkata, ‘Apakah Anda ingin memberinya sesuatu?’ Ibu saya menjawab, ‘Ya, saya akan memberinya kurma.’ Atas ini, Nabi Suci berkata, ‘Jika ini bukan niat Anda dan Anda hanya mengatakan ini untuk memanggil anak itu, Anda pasti bersalah melakukan dosa karena berbohong.’"  (Musnad Ahmad, Musnad orang-orang Makkah; Abu Dawud bab At-Tasydid fil Kadzib no. 498, lihat Ash-Shahihah no. 748.) 

Pernah suatu kali seseorang bertanya kepada beliau (saw), كَيْفَ لِي أَنْ أَعْلَمَ إِذَا أَحْسَنْتُ وَإِذَا أَسَأْتُ “Bagaimana cara saya mengetahui apakah saya itu adalah orang baik atau buruk?” 

Beliau saw menjawab, إِذَا سَمِعْتَ جِيرَانَكَ يَقُولُونَ قَدْ أَحْسَنْتَ فَقَدْ أَحْسَنْتَ وَإِذَا سَمِعْتَهُمْ يَقُولُونَ ‏:‏ قَدْ أَسَأْتَ فَقَدْ أَسَأْتَ “Jika tetangga Anda mengatakan Anda itu baik, maka ketahuilah, perbuatan Anda juga baik. Jika mereka mengatakan Anda buruk, ketahuilah berarti perilaku Anda buruk dan tidak benar.” (Sunan Ibni Maajah, Kitab az-Zuhd, bab tsana al-husn, no. 4223) 

Beliau juga bersabda kepada para pengurus, سَيِّدُ الْقَوْمِ خَادِمُهُمْ Sayyidul qaumi khaadimuhum “Pemimpin sebuah kaum ialah khadim (pengkhidmat) bagi kaumnya itu.”  (Kanzul ‘Ummal fii sunanil aqwaali wal af’aali, al-juz as-saadis, halaman 302, kitaabis safar min qismil aqwaali al-fashlits tsaani fii adabis safari wal widaa’I hadits 17513, penerbit Darul Kutub al-‘Ilmiyyah, Beirut (Lebanon), 2004) 

Artinya, “Akhlak kalian dapat terhitung baik apabila kalian mengganggap diri kalian adalah khadim bangsa dan mengkhidmati umat sekuat kemampuan kalian.”

Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda: “Allah Ta’ala telah berfirman berkaitan dengan keagungan Rasulullah saw: وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ Artinya, ‘engkau menempati (memiliki) khulq (akhlak) yang agung’. (Surah al-Qalam; 5) Jadi, sesuai penjelasan itu pengertiannya adalah ‘segala macam akhlak: murah hati, berani, adil, kasih sayang, dermawan, jujur, bijaksana dan sebagainya terhimpun di dalam diri engkau.’ Ringkasnya, sekian banyak kekuatan alami yang terdapat di dalam hati manusia seperti: sikap hormat, santun, tulus hati, murah hati, cemburu, tabah, rendah hati, bersih hati, adil, setia kawan, keberanian, kedermawanan, maaf, sabar, baik hati, lurus hati, setia, dan sebagainya, apabila semua keadaan thabi’i (alami) ini ditampilkan sesuai dengan tempat dan kesempatan serta mengikutkan pertimbangan akal dan pikiran maka semua akan dinamakan akhlak. Semua sifat yang pada hakikatnya merupakan keadaan-keadaan thabi’i (alami) serta gejolak-gejolak thabi’i (alami) manusia, dan kesemuanya itu baru dapat disebut akhlak apabila digunakan dengan sengaja sesuai waktu, tempat dan keadaan.” (Filsafat Ajaran Islam) 

Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda, “Akhlak-akhlak manusia tampil dalam dua kondisi, yakni dalam kondisi mengalami cobaan atau dalam kondisi memperoleh anugerah-anugerah (kekuasaan, kenikmatan dan kesejahteraan). Jika yang ada hanya satu sisi saja, sedangkan sisi yang kedua tidak ada, maka akhlak tersebut tidak akan dapat diketahui. Dikarenakan Allah Ta’ala bermaksud menyempurnakan akhlak-akhlak Rasulullah saw, oleh sebab itu sebagian hidup beliau dilalui di Mekkah, dan sebagian lagi di Madinah. Rasulullah saw telah memperlihatkan tauladan sabar terhadap penderitaan-penderitaan besar yang ditimbulkan oleh para musuh di Mekkah. Dan walau pun mereka itu bersikap sangat keras, tetap saja beliau berlaku lembut dan penuh kasih sayang. Dan amanat yang beliau bawa dari Allah Ta’ala tetap saja beliau sampaikan kepada mereka. Kemudian, ketika beliau telah memperoleh kejayaan di Madinah, dan para musuh itu jugalah yang telah tertawan, dan dihadapkan kepada beliau, maka kebanyakan mereka telah diampuni oleh Rasulullah saw. Walau pun beliau memiliki kekuatan untuk balas dendam, tetap saja beliau tidak melakukannya.”

Lalu, beliau as melanjutkan membahas akhlak Nabi Muhammad saw, “Kita harus menyimak hal-hal berikut ini dengan amat perhatian. Saya telah mempelajari situasi banyak orang dengan studi yang cermat, beberapa dari mereka bermurah hati (yaitu orang-orang memberikan uang dengan murah hati) tapi terinfeksi mudah gugup dan mudah tersinggung, (mudah marah). (Artinya mereka biasa memberi dengan dermawan namun pemarah sekali baik terhadap orang kecil maupun orang besar. Jika marah, ia mengungkit-ungkit kebaikannya terhadap mereka.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Istighfar : Kunci Menutupi Kelemahan

Terkadang manusia tidak menyadari akan perbuatan-peruatan yang telah dilakukan, apalagi perbuatan buruk atau dosa, seakan-akan manusia pada ...