Memahami ‎Ayat ‎Khataman ‎Nabiyyin


Memahami Ayat Khataman Nabiyyin

Masalah khataman Nabiyyin menjadi salah satu topik yang tak pernah habis dibicarakan di kalangan umat Islam. Banyaknya pendapat dan penafsiran yang berbeda-beda, akhirnya banyak pula di kalangan kaum muslimin salah dalam menyimpulkan. Kita ketahui topik ini berawal dari Firman Allah Ta’ala dalam Surah Al Ahzab ayat 41:

مَا کَانَ مُحَمَّدٌ اَبَاۤ اَحَدٍ مِّنۡ رِّجَالِکُمۡ وَ لٰکِنۡ رَّسُوۡلَ اللّٰہِ وَ خَاتَمَ النَّبِیّٖنَ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ بِکُلِّ شَیۡءٍ عَلِیۡمًا ﴿۴۱

“Muhammad saw bukanlah bapak dari seorang laki-laki kamu. Akan tetapi ia adalah Rasul Allah dan Materai sekalian Nabi, dan Allah itu Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Rangkaian ayat diatas perlu kita pahami terlebih dahulu pembahasannya, tidaklah tepat kalau kita mengartikan “Khataman Nabiyyin” itu penutup nabi-nabi atau penutup rasul-rasul. Coba kita telisik bersama bahwa ayat ini memiliki susunan kalimat majemuk yang terdiri dari 3 pembahasan.

  1. Kalimat pertama : “Maa kaana Muhammadun abaa ahadim min rijalikum” (Kalimat pokok-pembahasan utama) (Muhammad bukanlah bapak seorang anak laki-laki.
  2. Kalimat ke dua : “walakin rasulullah” (Muhammad adalah seorang Rasul Allah)
  3. Kalimat ke tiga: “wa khataman nabiyyin” (Muhammad adalah  Khataman nabiyyin).

Nuzulul Quran Ayat Khataman Nabiyyin

Kalimat pertama adalah pokok pembahasan terpenting dari ayat ini kemudian pokok pembahasan di kalimat kedua adalah penjelasan dari kalimat pertama. Serta kalimat ke tiga adalah menjelaskan dari kalimat kedua. Sehingga kalimat satu dengan kalimat yang lain di dalam ayat ini saling berhubungan dalam mengutarakan suatu masalah. Kita pahami bahwa di kalimat pertama dijelaskan bahwa “Muhammad saw bukanlah bapak dari seorang laki-laki kamu”.

Untuk memahami permasalahannya, maka kita bisa menelusuri asbabun nuzulnya ayat ini diturunkan oleh Allah Ta’ala.

Rasulullah saw mempunyai seorang abid (hamda sahaya), hadiah dari Hadhrat Siti Khadijah ra. Namanya Zaid bin Harits. Pada suatu hari orang tuanya dan seorang saudaranya menghadap Rasulullah saw dan menanyakan perihal Zaid, karena mereka sudah lama mencari-cari Zaid sampai akhirnya di dengar kabar bahwa Zaid berada di rumah Rasulullah saw. kemudian Zaid dipanggil dan ditanyai Rasulullah saw: “Zaid kenalkah dengan kedua orang ini?” Zaid menjawab: “Kenal, ya Rasulullah, ini bapak hamba dan seorang lagi paman hamba”. Rasulullah saw bersabda: “Ketahuilah olehmu, bahwa maksud kedatangan bapakmu dan pamanmu ini hendak menjemputmu pulang ke kampung. Jika engkau mau pulang, maka pulanglah bersama bapakmu dan pamanmu. Bagiku tidak ada keberatan apapun.” Jawab Zaid: “Jika sekiranya tuan masih berkenan akan hamba, hamba tidak akan pulang, hamba ingin terus menetap bersama tuan.”

Mendengar jawaban Zaid, Rasulullah sangat bergembira, dihadapan kaum Quraisy, Rasulullah saw mengemukakan: “Hai orang-orang Quraisy! Saksikanlah, sejak hari ini Zaid kuangkat sebagai anakku. Oleh karenanya sejak saat ini panggilah dengan nama Zaid bin Muhammad."

Menurut adat dan kebiasaan orang-orang Quraisy pada masa itu, hak dan kewajiban anak angkat sama dengan hak kandung. Itulah sebabnya, penggantian nama Zaid dengan Zaid bin Muhammad adalah suatu hal yang biasa. Kemudian Rasulullah mencarikan seorang wanita untuk dijadikan istri Zaid. Maka Zaid pun kawinlah dengan Siti Zaenab, seorang wanita dari kalangan keluarga Rasulullah saw juga. Oleh karena Siti Zaenab berasal dari keluarga bangsawa, membawa perkawinan mereka timbul ketidak serasian. Beberapa kali Zaid hendak menceraikan Siti Zaenab, namun Rasulullah saw selalu menasehati. Pada akhirnya Zaid menceraikan juga.

Setelah Siti Zaenab menjadi janda dan habis masa idahnya Rasulullah saw diperintahkan oleh Allah Ta’ala untuk menikahi Siti Zaenab. Tentunya Rasulullah saw merasa segan untuk melaksanakan perintah tersebut dikarenakan Zaid ini adalah anak angkat beliau dan pasti akan ada pertentangan di kalangan kaum quraisy. Bahwa perintah Allah Ta’ala tersebut untuk menggugurkan dan merombak adat kebiasaan orang-orang quraisy yang tidak dibenarkan oleh Allah, yaitu mengenai anggapan bahwa anak angkat dipersamakan dengan anak kandung.

Makna Khataman Nabiyyin

Keterangan kedua perihal Khataman Nabiyyin, menurut lughot maa yukhtamu bihi yakni suatu barang yang digunakan untuk mencap; jadi, alat pencap. Khatam berasal dari kata khatama yang berarti Ia memetrai, mencap, mensahkan atau mencetakkan pada barang itu. Adapun menurut beberapa contoh pemakaian kata khatam yang diiringi dengan kata-kata jamak, sebagai berikut :

Sabda Nabi Muhammad saw kepada Hadhrat Ali ra:

اَنَا خَاتَمُ الْاَنْبِيَاءِ وَاَنْتَ يَاعَلِىُّ خَاتَمُ الْاَوْلِيَاءِ

Aku adalah khatam para Nabi dan engkau wahai Ali khatam para wali. (Tafsir Syafi dibawah ayat khatamman Nabiyyin)

  1. Syeh Muhyidin Ibnu Arabi diberi gelar dengan khatamul auliya (dalam pendahuluan kitab Futuhat Makiyyah).
  2. Hadhrat Imam Sayuti dipanggil dengan Khatamul Muhaqiqiin (Tafsir ‘Ittiqan)
  3. Abu Thamam At-Thai seorang tukang syair disebut oleh Hasan bin Wahab Khatamul syu’ara (Wafiyyatu a’ayan libni khalkan jld I/123)

Untuk lebih jelasnya arti khataman Nabiyyin itu adalah sebagai berikut:

  1. Rasulullah saw adalah materai para Nabi, yakni, tiada Nabi yang dapat dianggap benar, kalau kenabiannya tidak dimateraikan Rasulullah saw. dan juga tiada seorangpun yang dapat mencapai kenabian sesudah beliau, kecuali dengan menjadi pengikut beliau.
  2. Rasulullah saw adalah yang terbaik, termulia dan tersempurna dari semua nabi dan juga menjadi sumber hiasan bagi mereka (Zurqani, Syarah Muwahib-al-Laduniyyah)
  3. Adalah Ia (Nabi Muhammad saw) itu seperi cincin bagi mereka (para nabi) dan mereka berpenghiasan denganya. Karena beliau salah seorang dari golongan mereka  (Tafsir Fathul Bayan, jld VII, hal. 286).

Rasulullah saw untuk seluruh umat Manusia

Adapun keterangan ketiga adalah sebagaimana Firman Allah Ta’ala

وَ مَاۤ اَرۡسَلۡنٰکَ اِلَّا کَآفَّۃً لِّلنَّاسِ  ﴿۲

Tidaklah Aku utus engkau melainkan untuk seluruh manusia (34:28)

Nabi Musa as diutus kepada seluruh Bani Israil, tetapi sesudah beliau Allah Ta’ala mengutus dan mengirim Rasul-rasul untuk kalangan mereka. Maka begitu pula Nabi Muhammad saw, beliau diutus untuk semua bangsa dan tentulah nabi yang akan datang diutus pula untuk seluruh dunia dengan tugas memenangkan Islam di atas segala agama.

Kesimpulan

Ayat berkenaan Khataman Nabiyyin ini untuk menegaskan bahwa kedudukan Hadhrat Zaid ra di mata orang-orang quraisy sebagai seorang anak angkat. Sehingga janda anak angkat atas perintah Allah Ta’ala beliau kawini. Sebagaimana firman-Nya : “Panggillah mereka, yakni anak-anak angkat dengan nama bapak mereka, itulah yang lebih adil disisi Allah.” (Al Ahzab, 6)

Ayat khataman Nabiyyin pun memeberikan keterangan kedudukan Rasulullah saw sebagai cap, materai dan penyempurna para Nabi terdahulu. Serta kedudukan beliau sebagai seorang Rasul Allah yang diutus untuk seluruh umat manusia.

Bahan Bacaan :

Arti Khataman Nabiyyin, H. Mahmud Ahmad Cheema HA, Jemaat Ahmadiyah Indonesia 1987

Menjernihkan Air Tuba Prasangka Terhadap Ahmadiyah, Bani Soerahman, Yayasan Al Abror 2003

Tafsir Alquran, Hadhrat Mirza Tahir Ahmad rh, Khalifah Al Masih ke 4, Yayan Wisma Damai 2002

Kami Orang Islam, PB Jemaat Ahmadiyah, 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Istighfar : Kunci Menutupi Kelemahan

Terkadang manusia tidak menyadari akan perbuatan-peruatan yang telah dilakukan, apalagi perbuatan buruk atau dosa, seakan-akan manusia pada ...