Kalau ditinjau dari berbagai pendapat para ulama terdahulu, mereka sama sekali tidak pernah menggabungkan antara kalimah syahadat dengan kalimat Laa Nabiyya Ba'da sebab itu suatu hal yang berbeda dan dari 2 Hadits yang berbeda pula. Yang Mulia Nabi Muhammad saw hanya mengajarkan kepada kita dua macam syahadat, yakni syahadat Tauhid dan syahadat Rasul.
أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
Aku bersaksi bahwa Tidak ada Tuhan selain Allah dan tidak ada sekutu bagi-Nya dan Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
Hal yang sama terkait dengan kedudukan beliau sebagai khataman Nabiyyin. Hadhrat Sayyid Abdul Karim Jaelani ra bersabda bahwa "perintah kenabian yang membawa syariat telah habis setelah Hadhrat Rasulullah saw, maka karena itulah Hadhrat Rasulullah saw menjadi khatamman Nabiyyin." (Al insaanul kaamil hal. 115)
Bahkan Hadhrat Imam Muchidyn Ibnu 'Arobi bersabda "Kenabian yang terputus setelah kedatangan Rasulullah saw hanyalah kenabian yang membawa syariat, bukanlah maqom kenabian, jadi sekarang tidak akan ada lagi syariat lagi, yang akan memasukhkan syariat beliau saw dan tidak akan ada lagi syariat yang akan menambah hukum baru dalam syariat beliau saw, inilah maksudnya perkataan Rasulullah saw bahwa Nubuwah dan Risalat sudah terputus, jadi setelahku tidak akan ada lagi Rasul atau juga Nabi. Maksudnya dari perkataan tadi adalah bahwa sekarang tidak akan ada lagi Nabi yang bertentangan dengan syariatku tapi Kalau pun ada nabi, maka dia akan berada dibawah hukum syariatku. (Alfutuuhatul Makiyyah, hal 208)
Dengan jelas Hadhrat Imam Muchidyn Ibnu 'Arabi membuka suatu pandangan yang seakan-akan terpatri ketika memahami Ayat khatamman nabiyyin yang menggambarkan kedudukan Rasulullah saw sebagai penutup para Nabi. Namun Imam Muchidyn Ibnu Arabi membuka keterangan bahwa jikalau akan ada Nabi Lagi Setelah Rasulullah saw maka ia akan berkedudukan sebagai penerus dan pendukung syariat Rasulullah saw dan kedudukan nya tidak akan melebihi Rasulullah saw.
Senada dengan Imam Muchidyn Ibnu Arabi ra, Hadhrat Imam Abdul Wahab Sya'rani Alaihi Rohmah : "ketahuilah bahwa kenabian mutlaq belum tertutup, hanya kenabian Tasyri'i (yang membawa syariat) yang tertutup. Kemudian menulis bahwa perkataan Rasulullah saw Laa Nabiyya Ba'da dan Laa Rasuula Ba'diy maksudnya adalah setelah beliau saw tidak akan ada nabi pembawa syariat bersama dengan syariatnya yang khusus." (Al Yawaqit wal jawahir Vol 2, hal. 39)
Jadi, pintu kenabian yang tidak membawa syariat baru, tidak berdiri sendiri itu kemungkinan akan ada di akhir jaman ini, dengan syarat berada di bawah Rasulullah saw. Sebagaimana firman Allah Ta’ala :
ٱللَّهُ يَصْطَفِى مِنَ ٱلْمَلَٰٓئِكَةِ رُسُلًا وَمِنَ ٱلنَّاسِۚ
Allah akan memilih utusan-utusan-Nya dari antara malaikat dan dari antara manusia (Al Hajj, 76)
Perkataan yasthofi dalam ayat ini artinya memilih. Menurut ketentuan bahasa Arab, yasthofi itu dalam fi'il mudhori yang menunjukkan pekerjaan yang sedang dan akan dilakukan.
Jadi, jelasnya Allah Ta’ala sedang atau akan memilih/mengutus rasul-rasul-Nya sesuai keadaan jaman atau menurut keperluannya.
Senada pula dengan firman Allah Ta’ala dalam surat Ali Imran ayat 180 :
مَّا كَانَ ٱللَّهُ لِيَذَرَ ٱلْمُؤْمِنِينَ عَلَىٰ مَآ أَنتُمْ عَلَيْهِ حَتَّىٰ يَمِيزَ ٱلْخَبِيثَ مِنَ ٱلطَّيِّبِۗ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى ٱلْغَيْبِ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَجْتَبِى مِن رُّسُلِهِۦ مَن يَشَآءُۖ فَـَٔامِنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرُسُلِهِۦۚ
Allah tidak akan membiarkan orang-orang Mukmin di dalam keadaan yang kamu ada padanya sebelum Dia pisahkan yang buruk daripada yang baik. Dan Allah tidak akan memberitahukan yang ghaib kepadamu. Akan tetapi Allah memilih diantara rasul-rasul-Nya siapa yang Dia kehendaki. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya.
Kata-kata yadzara, yamiza, yutli'a dan yajtabi dalam bentuk fi'il mudhori yang menggambarkan penggunaan masa sekarang dan masa yang akan datang. Maksudnya dari ayat ini ialah, Allah Ta’ala senantiasa akan mengirimkan utusan-utusann-Nya untuk memisahkan perkara-perkara yang baik dari yang buruk dan untuk memberitahukan tentang khabar-khabar ghaib.
Selama masih ada kehidupan, selama masih ada peradaban manusia di dunia ini, maka kemungkinan besar Nabi itu akan terus diutus oleh Allah Ta’ala.
Artikel yang sangat menarik.
BalasHapusMantap
BalasHapusOke banget
BalasHapus