Nuur Rasulullah saw

Insan Kamil (manusia sempurna) yang bernama Muhammad Musthafa saw, terkait dengan beliau saw Allah Ta’ala berfirman :

لَوْلَاكَ لَمَاخَلَقْتُ الْاَفْلَاكَ
"Wahai Muhammad! Aku telah menciptakan langit dan bumi karena engkau."
Terkait dengan Nuur Muhammad sendiri dalam Kitab Mirqatul Mafatih penjelasan Syarah Misykat dalam Kitabul-Iman bahwa Rasulullah saw bersabda :
"Dari semua benda yang pertama Allah Ta’ala ciptakan adalah nuur-Ku." 

Artinya, dari sejak permulaan, Allah Ta’ala telah menetapkan bahwa nur (cahaya) yang diberikan kepada Insan Kamil itu adalah nur yang tidak pernah diberikan kepada siapapun dari orang-orang terdahulu dan tidak pernah pula diberikan kepada orang-orang yang akan datang sesudahnya. Dan nur itu hanya semata-mata akan didapatkan di dalam diri Insan Kamil (Hadhrat Muhammad Musthafa saw). 

Hadhrat Imam Mahdi dan Masih Mau'ud as menjelaskan kedudukan dan kesempurnaan nur beberkat Rasulullah saw dalam Buku Barahin Ahmadiyah :
"Kebijakan dan segenap akhlak mulia terdapat pada diri Nabi Suci, Hadhrat Muhammad Musthafa saw ini, sedemikian rupa sempurna keserasiannya, kelembutannya dan dilimpahi Nuur sehingga turunnya Ilham, dengan sendirinya siap untuk bercahaya."

Hal ini, dari sisi akal sehat dan juga dari segi akhlak lainnya, beliau saw berada pada kedudukan mulia, spesial serta memiliki kedudukan yang tanpa batas. Segala sesuatunya, setiap akhlaknya, setiap amalnya senantiasa dipenuhi dengan nur dan sinarnya tampak dengan sendirinya. 

Berkaitan pula dengan firman Alquran yakni نُوْرٌ عَلَى نُوْرٍ cahaya di atas cahaya (Surah An Nuur : 36), Hadhrat Imam Mahdi dan Al Masih Mau'ud as bersabda : "hal itu memiliki arti, tatkala di dalam wujud suci Khatamul anbiya banyak nur terkumpul, maka di atas nur-nur itu masuk lagi satu nur samawi lainnya yang merupakan wahyu Ilahi dan dengan masuknya nur itu, wujud Khatamul anbiya dengan sendirinya menjadi tempat berkumpulnya cahaya-cahaya, (menjadi kumpulan nur-nur), Rasulullah di dalam Alquran dinamakan nur dan lampu penyerang." (Barahin Ahmadiyah, jld 3)

Di satu tempat sambil menjelaskan terkait dengan nur dan lampu penyerang, Hadhrat Imam Mahdi dan Al Masih Mau'ud as bersabda :"Dengan menamakan beliau saw sebagai siraj munir (lampu penerang) terdapat lagi satu hikmah lain yang sangat halus bahwa dari satu lampu, ratusan ribu lampu dapat bersinar sedangkan di dalam lampu itu juga tidak ada kekurangan. Perkara ini tidak terdapat dalam bulan dan matahari. Maksudnya adalah dengan mengikuti dan taat kepada Rasulullah saw, ratusan ribu manusia akan sampai pada martabat itu dan keberkatan beliau saw tidak bersifat khusus bahkan bersifat umum serta akan mengalir terus.

Ringkasnya, ini merupakan sunnah Allah bahwa saat kegelapan sampai pada puncaknya, dikarenakan sebagian sifat-sifat-Nya, Allah Ta’ala mengutus seorang manusia dari pada-Nya setelah memberikan nur dan makrifat. Dan meletakkan pengaruh di dalam kalamnya serta daya tarik di dalam perhatiannya dan doa-doanya terdapat kemakbulan. Namun Dia menarik mereka dan memberikan pengaruh-pengaruhnya terhadap mereka yang layak untuk pilihan itu. Lihatlah nama Rasulullah saw adalah sirajam muniran (lampu penerang). Tetapi, tentang Abu Jahal, apa yang ia peroleh? (Malfuzat, jld 5, hal 665)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Istighfar : Kunci Menutupi Kelemahan

Terkadang manusia tidak menyadari akan perbuatan-peruatan yang telah dilakukan, apalagi perbuatan buruk atau dosa, seakan-akan manusia pada ...