Siapa diantara kita yang tidak tahu bahwa mengerjakan shalat adalah kewajiban bagi umat Islam. Al-Qur'an telah menarik perhatian kita ke arah itu di berbagai tempat dengan menjelaskan pentingnya. Menurut Nabi Muhammad saw, shalat adalah inti ibadah (Sunan At Tarmidzi). Beliau saw bahkan mengatakan bahwa meninggalkan shalat membuat seseorang lebih dekat dengan kekafiran dan penyembahan berhala (Sahih Muslim). Kemudian, menjelaskan pentingnya Salat, Nabi saw bersabda, إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ "Sesungguhnya amal perbuatan seorang hamba yang pertama kali akan dihisab (dimintai pertangungjawaban, penilaian) pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi…"
" Shalat adalah inti ibadah"
Seorang beriman sejati tidak hanya sekedar mengerjakan shalat saja, melainkan ia harus mengerjakan shalat untuk menghapus korosi spiritual (karat-karat rohaniah). Sebagaimana Nabi Muhammad saw menjelaskan dengan sebuah contoh, أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهْرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ هَلْ يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَىْءٌ “Bagaimana pendapat kalian seandainya di depan pintu seorang dari kalian terdapat sebuah sungai. Setiap hari ia mandi lima kali di dalamnya. Apakah masih ada kotoran yang melekat di tubuhnya?” Para Sahabat beliau saw menjawab, “Wahai Rasulullah, tidak ada jejak kotoran akan ditinggalkan!” Atas hal ini, Hadhrat Rasulullah bersabda, فَذَلِكَ مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ يَمْحُو اللَّهُ بِهِنَّ الْخَطَايَا “Itulah perumpamaan shalat lima waktu. Dengannya Allah menghilangkan dosa dan menghilangkan kelemahan,” (Sahih Muslim, Kitab Tentang Shalat No. 667).
Dengan demikian, tidak tersisa sedikit pun karat rohaniah pada jiwa seorang yang shalat lima waktu. Nabi saw menjelaskan pentingnya shalat dengan perumpamaan yang demikian cemerlang. Tapi seperti yang saya sudah katakan, perintah bagi orang beriman sejati ini tidak hanya tentang menjalankan Salat saja melainkan Nabi Muhammad saw lebih lanjut menjelaskan tentang pembersihan ruh dari kekotoran, إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ وَأَتَى الْمَسْجِدَ لَا يُرِيدُ إِلَّا الصَّلَاةَ لَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إِلَّا رَفَعَهُ اللهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْهُ خَطِيئَةً حَتَّى يَدْخُلَ الْمَسْجِدَ “…bila seseorang yang melakukan wudhu di rumahnya dengan sempurna lalu keluar dari rumahnya menuju Masjid, dia tidak keluar kecuali untuk melaksanakan shalat berjamaah, maka tidak ada satu langkah pun dari langkahnya kecuali akan meningkatkan statusnya (derajat rohaniahnya), dan akan menghapus salah satu dari dosa-dosanya …” (Shahih Al-Bukhari, Kitabush Shalat.) Ini berarti bahwa setiap langkah akan mendapatkan dia pahala.
"Shalat adalah cara untuk melepaskan dosa-dosa"
Di kesempatan lain, Nabi saw bersabda menjelaskan pentingnya shalat berjamaah, أَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ “Maukah kalian aku tunjukkan tentang sesuatu yang dengannya Allah menghapus dosa-dosa dan mengangkat derajat-derajat? Para sahabat yang selalu siap untuk menemukan cara-cara untuk mendapat ridha Allah, dan untuk mencapai kedekatan-Nya dan terlepas dari dosa-dosa mereka, memohon, بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ ‘Tentu saja, mohon katakanlah, wahai Rasulullah.’ Beliau berkata, إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ وَانْتِظَارُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الصَّلاَةِ فَذَلِكُمُ الرِّبَاطُ ‘Menyempurnakan wudhu dalam keadaan yang tidak disukai (sulit), memperbanyak langkah menuju masjid, dan menunggu shalat (yang berikutnya) setelah melakukan shalat, (Hal ini membuat orang terlepas dari dosa.) Tidak hanya itu, tapi ini adalah sejenis ribaath (menjaga perbatasan).” (Shahih Muslim Kitab tentang Kebersihan)
"Shalat berjamaah berfungsi sebagai pagar batas, antara manusia dengan syaitan"
Artinya, itu penjagaan perbatasan oleh para prajurit sebagaimana negara-negara membangun perbatasan di perbatasan dengan negara-negara lain dan menunjuk angkatan bersenjata untuk tugas penjagaan itu. Mengapa batas-batas perlu dijaga? Supaya negara dapat dilindungi dari serangan pihak lain dan pasukan negara itu sesaat dapat siap sedia bila diserang musuh. Ancaman bahaya terbesar yang mana keamanan dan pagar batas diperlukan bagi orang mukmin adalah dari Setan dan dari hasrat-hasrat duniawi yang ditanamkan Setan di dalam hati orang beriman. Setan menyerang melalui itu. Agar dapat terlindungi dari serangan-serangan tersebut, shalat berjamaah berfungsi sebagai sebuah pagar batas. Ini adalah batalion para penjaga yang akan melindungi orang beriman dari serangan-serangan tersebut. shalat berjamaah juga akan menyelamatkan orang-orang beriman dari dosa-dosa dan membuat mereka condong untuk melakukan perbuatan baik.
Demikian pula, sebuah hadis mengisahkan bahwa Nabi saw bersabda, صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ تَفْضُلُ صَلَاةَ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً ‘shalaatul jamaa’ati tafdhulu shalaatal faddi bisab’i wa ‘isyriina darajah.’ - “Shalat dengan berjamaah lebih tinggi derajatnya 27 kali daripada shalat sendirian.” (Shahih Bukhari Kitab tentang Azan, No. 650)
"Shalat berjamaah membuat barisan persatuan yang kokoh"
Hadhrat Imam Mahdi dan Masih Mau’ud as bersabda menjelaskan pentingnya shalat berjamaah: “Maksud banyaknya pahala dalam shalat berjamaah ialah karena itu menciptakan persatuan. Fokus perhatian agar dapat merawat dan memelihara persatuan ini telah ada dalam corak perbuatan, yaitu para mushalli (yang shalat) diperintahkan supaya kaki-kaki mereka pun dalam satu barisan yang lurus sejajar selama shalat...” (hal itu sempurna bila meluruskan tumit-tumit, telapak kaki bagian belakang) dan Jemaah harus berdiri dengan saling merapatkan. Seolah-olah mereka itu satu wujud…” (supaya tercipta kekuatan) Hal itu supaya nur (cahaya) ruhani dari seseorang akan meresap atau mengalir kepada orang lain dan hilang diantara mereka corak-corak pengutamaan diri sendiri atas orang lain yang melahirkan keakuan, ‘ujb (kebanggaan) dan keserakahan. (Artinya, terlepas dari kaya atau miskin, semua orang akan berdiri dalam satu shaf. Sebab, beberapa orang memiliki kebanggaan dan keakuran dalam hati mereka, yang terkikis dengan shalat berjamaah.) (Lecture Ludhiana, Ruhani Khazain jilid 20, h. 281-282.)
Semoga terus menebarkan ilmu
BalasHapusSemoga terus menebarkan ilmu
BalasHapus