Pancarkan cahaya khazanah ilmu pengetahuan bagaikan cahaya bintang yang menyejukkan dan indah untuk dinikmati
Menjadi Duta Perdamaian
Shalat Dan Tahap Kemajuannya
1. Tafsir Surah Al Kautsar
إِنَّآ أَعْطَيْنَٰكَ ٱلْكَوْثَرَفَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنْحَرْ
إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ ٱلْأَبْتَرُ
Sesungguhnya Kami telah menganugerahkan kepada engkau kautsar; maka beribadahlah kepada Tuhan engkau dan berkorbanlah; sesungguhnya musuh engkau itu, dialah yang tidak akan berketurunan.
Nama Surah yang paling pendek adalah Al Kautsar. Yang berarti Khair Katsir, kebaikan yang sangat banyak atau melimpah. Di dalam Surah yang pendek ini dijelaskan bahwa dengan cara apa manusia dapat meraih kebaikan yang melimpah itu?
Menjelaskan kebaikan yang melimpah dan cara meraihkanya termasuk diantara kesempurnaan Al Quran. Surah ini hanya terdiri dari 3 ayat. Ayat yang pertama dan terakhir terdiri dari jumlah (Kalimat) yang singkat dan di tengah ayat Surah ini terdapat dua jumlah (Kalimat) yang singkat juga.
Di dalam ayat pertama disebutkan "Hai Nabi! Kami telah menganugerahkan kepada engkau kebaikan yang melimpah", dan di dalam ayat terakhir "Musuh engkau adalah dia yang ingin melenyapkan atau menghancurkan engkau. Dia sendiri akan lenyap atau hancur. Dia akan diasingkan atau diluputkan dari setiap kebaikan."
Sedangkan pada ayat kedua terdapat dua perintah dalam 2 kalimat yang singkat, yakni "Maka sembahyanglah (shalat lah) untuk Tuhan engkau dan berkorbanlah." hal ini seakan-akan memberitahukan dua cara untuk meraih kebaikan yang melimpah itu, Khair Katsir.
2. Tujuan Agama dan Cara Meraihnya
Tujuan agama yang sebenarnya ada 2 cara untuk meraih tujuan itu. Tujuan agama yang telah diberitahukan adalah Dia membawa kebaikan yang melimpah ke dunia. Ini hendaknya diperhatikan bahwa bukan saja ahli lughat saja, melainkan para mufassirin Alquran zaman dahulu pun mengartikan Kautsar itu dengan kebaikan yang melimpah.
Mengenai Kautsar dinyatakan kepada Said bin Jabir, maka beliau bersabda bahwa Allah Ta’ala telah menganugerahkan kepada Rasulullah saw banyak dari setiap kebaikan. Seseorang berkata bahwa di surga ada sebuah sungai, maka beliau saw bersabda selain sungai ada juga yang lainnya. Pada hakikatnya di dalam kebaikan yang melimpah ini terkumpul 2 jenis kebaikan, kebaikan agamawi dan kebaikan duniawi.
Di dalam Lisanul Arab terdapat arti Kautsar bahwa dianugerahkan kepada beliau saw sedikit dari kebaikan yang tidak dapat dihitung. Terdapat juga suatu perkara bahwa kabar yang ada di dunia menyebar dengan perantaraan Rasullah saw bukan dengan perantaraan Nabi yang lain.
3. Setiap muslim dapat meraih kebaikan yang melimpah dengan shalat dan pengorbanan
Jelaslah bahwa ini merupakan pidato Rasulullah saw namun bukan hanya Rasulullah saw saja, melainkan para pengikut beliau saw juga. Dari sini pun jelas bahwa yang diperintahkan adalah shalat dan berkorban.
Itu bukan perintah untuk Rasulullah saw saja, melainkan untuk setiap pengikut beliau. Seakan-akan arti kata-kata ini adalah :
"Hai manusia! Kami telah menganugerahkan kepada engkau kebaikan yang melimpah dengan perantaraan wahyu Kami dan 2 cara untuk meraihnya. Pertama adalah shalat dan yang ke dua adalah pengorbanan."
Yakni, manusia dapat meraih kedudukan tinggi hanya dengan shalat dan pengorbanan saja, yang dengan perantaraan lain manusia tidak dapat meraihnya. Dua hal inilah yang membuka jalan setiap kemajuan untuk manusia. Allah Ta’ala telah membuka pintu-pintu Kautsar kepada orang-orang muslim. Di dalamnya terdapat 2 pintu untuk meraihnya, yakni shalat dan pengorbanan.
4. Bagaimana shalat menjadi sumber kemajuan-kemajuan manusia
Shalat itu membawa ke arah kebaikan yang melimpah atau kedudukan kemajuan yang tinggi, diawali dari kehidupan dunia ini. Pengorbanan merupakan suatu amal perbuatan dan dengan jelas meraih kebaikan atau kemajuan itu tergantung pada pekerjaan seseorang. Yakni dia mengerjakan sedikit, maka hasilnya ia mendapatkan sedikit pula. Atau sebaliknya ia kerjakan banyak maka hasilnya pun banyak. Dan inilah prinsip yang diajarkan Alquran:
وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَٰنِ إِلَّا مَا سَعَىٰ
"Tidaklah bagi manusia itu kecuali apa yang ia usahakan." (QS. An Nazm: 53:39)
Sebenarnya, siapapun orang yang mengerjakan suatu pekerjaan, itu merupakan hasil dari keinginannya. Dalam pekerjaan-pekerjaannya itu ia menjadi budak keinginan-keinginannya dan berjalan di belakang keinginan-keinginan itu. Seseorang yang timbul dalam hatinya keinginan buruk dan hina, maka dialah yang melakukan pekerjaan-pekerjaan itu. Seseorang yang timbul di dalam hatinya keinginan baik dan mulia, maka dialah yang melakukan pekerjaan-pekerjaan baik itu. Walhasil, akar seluruh kemajuan manusia adalah tertimbunya keinginan-keinginan yang rendah dan hina itu serta di dalamnya timbul keinginan-keinginan baik dan mulia serta shalat lah yang menyediakan manusia untuk itu.
5. Shalat adalah sarana terbaik untuk menahan keinginan-keinginan rendah dan melahirkan keinginan-keinginan tinggi (mulia)
Shalat adalah suatu sarana yang dapat diraih dalam kesempurnaannya. Oleh karena itu, di dalam Shalat lahir kesadaran akan wujud Tuhan pada qalbu manusia. Pada waktu itu manusia menganggap bahwa dia sedang berdiri di hadapan Tuhannya. Diantara dia dan Tuhannya tidak ada tabir penghalang. Terjadilah hubungan erat antara fitrat insani dan Khaliknya. Seperti Alquran jelaskan :
ثُمَّ سَوَّىٰهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِن رُّوحِهِۦۖ
Yakni, Allah Ta’ala telah membawa manusia kepada satu keadaan kesempurnaan dan meniupkan ruh kedalamnya. (QS. As Sajdah, 32:9)
Cahaya fitrat insani lahir dalam kesempurnaannya, ketika pada hatinya terdapat kesadaran akan wujud Allah Ta’ala. Tanpa fitrat kesadaran itu, maka tidak lahir sirna dalam nur (cahaya). Manusia bukan hanya memuji Allah Ta’ala dengan lidahnya dan menyanjung sebuah lagu kebesaran-Nya, melainkan seluruh bentuk jisim pun yang beragam menempuhnya sesuai dengan dzikir-dzikir itu. Dan setelah mendapatkan perbuatan dengan perkataan berkesesuain, maka lahirlah pengaruh khusus pada kalbu.
Penyusun : Dian Khoeruddin
Bahan bacaan :
Malfuzhat, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, Add publish London,
Riyadush Shalihin, Drs. Muslich Shabir MA, PT Karya Putra Semarang
Tafsir Alquran, Ghulam Farid, cet Wisma Damai, Bogor
Akhlak Hasanah Rasulullah saw
Memahami Ayat Khataman Nabiyyin
Memahami Ayat Khataman Nabiyyin
Masalah khataman Nabiyyin menjadi salah satu topik yang tak pernah habis dibicarakan di kalangan umat Islam. Banyaknya pendapat dan penafsiran yang berbeda-beda, akhirnya banyak pula di kalangan kaum muslimin salah dalam menyimpulkan. Kita ketahui topik ini berawal dari Firman Allah Ta’ala dalam Surah Al Ahzab ayat 41:
مَا کَانَ مُحَمَّدٌ اَبَاۤ اَحَدٍ مِّنۡ رِّجَالِکُمۡ وَ لٰکِنۡ رَّسُوۡلَ اللّٰہِ وَ خَاتَمَ النَّبِیّٖنَ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ بِکُلِّ شَیۡءٍ عَلِیۡمًا ﴿۴۱
“Muhammad saw bukanlah bapak dari seorang laki-laki kamu. Akan tetapi ia adalah Rasul Allah dan Materai sekalian Nabi, dan Allah itu Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Rangkaian ayat diatas perlu kita pahami terlebih dahulu pembahasannya, tidaklah tepat kalau kita mengartikan “Khataman Nabiyyin” itu penutup nabi-nabi atau penutup rasul-rasul. Coba kita telisik bersama bahwa ayat ini memiliki susunan kalimat majemuk yang terdiri dari 3 pembahasan.
- Kalimat pertama : “Maa kaana Muhammadun abaa ahadim min rijalikum” (Kalimat pokok-pembahasan utama) (Muhammad bukanlah bapak seorang anak laki-laki.
- Kalimat ke dua : “walakin rasulullah” (Muhammad adalah seorang Rasul Allah)
- Kalimat ke tiga: “wa khataman nabiyyin” (Muhammad adalah Khataman nabiyyin).
Nuzulul Quran Ayat Khataman Nabiyyin
Kalimat pertama adalah pokok pembahasan terpenting dari ayat ini kemudian pokok pembahasan di kalimat kedua adalah penjelasan dari kalimat pertama. Serta kalimat ke tiga adalah menjelaskan dari kalimat kedua. Sehingga kalimat satu dengan kalimat yang lain di dalam ayat ini saling berhubungan dalam mengutarakan suatu masalah. Kita pahami bahwa di kalimat pertama dijelaskan bahwa “Muhammad saw bukanlah bapak dari seorang laki-laki kamu”.
Untuk memahami permasalahannya, maka kita bisa menelusuri asbabun nuzulnya ayat ini diturunkan oleh Allah Ta’ala.
Rasulullah saw mempunyai seorang abid (hamda sahaya), hadiah dari Hadhrat Siti Khadijah ra. Namanya Zaid bin Harits. Pada suatu hari orang tuanya dan seorang saudaranya menghadap Rasulullah saw dan menanyakan perihal Zaid, karena mereka sudah lama mencari-cari Zaid sampai akhirnya di dengar kabar bahwa Zaid berada di rumah Rasulullah saw. kemudian Zaid dipanggil dan ditanyai Rasulullah saw: “Zaid kenalkah dengan kedua orang ini?” Zaid menjawab: “Kenal, ya Rasulullah, ini bapak hamba dan seorang lagi paman hamba”. Rasulullah saw bersabda: “Ketahuilah olehmu, bahwa maksud kedatangan bapakmu dan pamanmu ini hendak menjemputmu pulang ke kampung. Jika engkau mau pulang, maka pulanglah bersama bapakmu dan pamanmu. Bagiku tidak ada keberatan apapun.” Jawab Zaid: “Jika sekiranya tuan masih berkenan akan hamba, hamba tidak akan pulang, hamba ingin terus menetap bersama tuan.”
Mendengar jawaban Zaid, Rasulullah sangat bergembira, dihadapan kaum Quraisy, Rasulullah saw mengemukakan: “Hai orang-orang Quraisy! Saksikanlah, sejak hari ini Zaid kuangkat sebagai anakku. Oleh karenanya sejak saat ini panggilah dengan nama Zaid bin Muhammad."
Menurut adat dan kebiasaan orang-orang Quraisy pada masa itu, hak dan kewajiban anak angkat sama dengan hak kandung. Itulah sebabnya, penggantian nama Zaid dengan Zaid bin Muhammad adalah suatu hal yang biasa. Kemudian Rasulullah mencarikan seorang wanita untuk dijadikan istri Zaid. Maka Zaid pun kawinlah dengan Siti Zaenab, seorang wanita dari kalangan keluarga Rasulullah saw juga. Oleh karena Siti Zaenab berasal dari keluarga bangsawa, membawa perkawinan mereka timbul ketidak serasian. Beberapa kali Zaid hendak menceraikan Siti Zaenab, namun Rasulullah saw selalu menasehati. Pada akhirnya Zaid menceraikan juga.
Setelah Siti Zaenab menjadi janda dan habis masa idahnya Rasulullah saw diperintahkan oleh Allah Ta’ala untuk menikahi Siti Zaenab. Tentunya Rasulullah saw merasa segan untuk melaksanakan perintah tersebut dikarenakan Zaid ini adalah anak angkat beliau dan pasti akan ada pertentangan di kalangan kaum quraisy. Bahwa perintah Allah Ta’ala tersebut untuk menggugurkan dan merombak adat kebiasaan orang-orang quraisy yang tidak dibenarkan oleh Allah, yaitu mengenai anggapan bahwa anak angkat dipersamakan dengan anak kandung.
Makna Khataman Nabiyyin
Keterangan kedua perihal Khataman Nabiyyin, menurut lughot maa yukhtamu bihi yakni suatu barang yang digunakan untuk mencap; jadi, alat pencap. Khatam berasal dari kata khatama yang berarti Ia memetrai, mencap, mensahkan atau mencetakkan pada barang itu. Adapun menurut beberapa contoh pemakaian kata khatam yang diiringi dengan kata-kata jamak, sebagai berikut :
Sabda Nabi Muhammad saw kepada Hadhrat Ali ra:
اَنَا خَاتَمُ الْاَنْبِيَاءِ وَاَنْتَ يَاعَلِىُّ خَاتَمُ الْاَوْلِيَاءِ
Aku adalah khatam para Nabi dan engkau wahai Ali khatam para wali. (Tafsir Syafi dibawah ayat khatamman Nabiyyin)
- Syeh Muhyidin Ibnu Arabi diberi gelar dengan khatamul auliya (dalam pendahuluan kitab Futuhat Makiyyah).
- Hadhrat Imam Sayuti dipanggil dengan Khatamul Muhaqiqiin (Tafsir ‘Ittiqan)
- Abu Thamam At-Thai seorang tukang syair disebut oleh Hasan bin Wahab Khatamul syu’ara (Wafiyyatu a’ayan libni khalkan jld I/123)
Untuk lebih jelasnya arti khataman Nabiyyin itu adalah sebagai berikut:
- Rasulullah saw adalah materai para Nabi, yakni, tiada Nabi yang dapat dianggap benar, kalau kenabiannya tidak dimateraikan Rasulullah saw. dan juga tiada seorangpun yang dapat mencapai kenabian sesudah beliau, kecuali dengan menjadi pengikut beliau.
- Rasulullah saw adalah yang terbaik, termulia dan tersempurna dari semua nabi dan juga menjadi sumber hiasan bagi mereka (Zurqani, Syarah Muwahib-al-Laduniyyah)
- Adalah Ia (Nabi Muhammad saw) itu seperi cincin bagi mereka (para nabi) dan mereka berpenghiasan denganya. Karena beliau salah seorang dari golongan mereka (Tafsir Fathul Bayan, jld VII, hal. 286).
Rasulullah saw untuk seluruh umat Manusia
Adapun keterangan ketiga adalah sebagaimana Firman Allah Ta’ala
وَ مَاۤ اَرۡسَلۡنٰکَ اِلَّا کَآفَّۃً لِّلنَّاسِ ﴿۲
Tidaklah Aku utus engkau melainkan untuk seluruh manusia (34:28)
Nabi Musa as diutus kepada seluruh Bani Israil, tetapi sesudah beliau Allah Ta’ala mengutus dan mengirim Rasul-rasul untuk kalangan mereka. Maka begitu pula Nabi Muhammad saw, beliau diutus untuk semua bangsa dan tentulah nabi yang akan datang diutus pula untuk seluruh dunia dengan tugas memenangkan Islam di atas segala agama.
Kesimpulan
Ayat berkenaan Khataman Nabiyyin ini untuk menegaskan bahwa kedudukan Hadhrat Zaid ra di mata orang-orang quraisy sebagai seorang anak angkat. Sehingga janda anak angkat atas perintah Allah Ta’ala beliau kawini. Sebagaimana firman-Nya : “Panggillah mereka, yakni anak-anak angkat dengan nama bapak mereka, itulah yang lebih adil disisi Allah.” (Al Ahzab, 6)
Ayat khataman Nabiyyin pun memeberikan keterangan kedudukan Rasulullah saw sebagai cap, materai dan penyempurna para Nabi terdahulu. Serta kedudukan beliau sebagai seorang Rasul Allah yang diutus untuk seluruh umat manusia.
Bahan Bacaan :
Arti Khataman Nabiyyin, H. Mahmud Ahmad Cheema HA, Jemaat Ahmadiyah Indonesia 1987
Menjernihkan Air Tuba Prasangka Terhadap Ahmadiyah, Bani Soerahman, Yayasan Al Abror 2003
Tafsir Alquran, Hadhrat Mirza Tahir Ahmad rh, Khalifah Al Masih ke 4, Yayan Wisma Damai 2002
Kami Orang Islam, PB Jemaat Ahmadiyah, 2007
Doa Melihat Hilal
Puasa 2021 Sebentarlagi
عَنِ ابْنِ عُمَرَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَالحَجِّ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ
“Buniyal-Islamu ala khamsin: syahadatun an la ilaha illallah wa anna Muhammadan Rasulullah, wa iqami-shalati, wa iyta-i az-zakati, wa hajjul-baiti, wa shaumu Ramadhana.”
Yang artinya: “Islam dibangun atas lima hal. (Antara lain) mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan sholat, menunaikan zakat, berhaji, dan menunaikan puasa Ramadhan,”.
Puasa yang beberapa hari lagi kedepan akan dikerjakan merupakan bagian dari bangunan Islam. Kokohnya keyakinan kita terhadap Allah Ta’ala dilandasi dengan 5 hal yang termaktub dalam Hadits di atas.
Bahkan dalam Alquran, menjalankan Puasa di Bulan Ramadhan adalah suatu kewajiban setiap muslim, sebagaimana firmannya :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
"Ya ayyuhal ladziina amanu kutiba 'alaikumush shiyaamu kamaa kutiba alal ladziina ming qablikum la' allakum tattaquun"
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atasmu berpuasa sebagaimana telah di-wajibkan atas orang-orang sebelummu, supaya kamu ter-pelihara dari segala keburukan. (Al-Baqarah:184)
Puasa sebagai peraturan agama, dalam bentuk atau dengan perincian bagaimana pun terdapat pada tiap-tiap agama. “oleh kebanyakan agama, pada kebudayaan yang tarafnya rendah, pertengahan atau lebih tinggi sekalipun, puasa itu umumnya diwajibkan; dan, walaupun bila tidak diharuskan, puasa itu dilakukan seberapa jauh oleh perseorangan, sebagai jawaban kepada dorongan alaminya” – (Enciclopia. Britis.).
Merupakan pengalaman umum para wali dan ahli kasyaf bahwa pemutusan hubungan jasmani atau pertalian duniawi sampai batas tertentu, sangat perlu untuk kemajuan rohani dan memberikan pengaruh mensucikan yang kuat sekali kepada alam pikiran. Tetapi, Islam telah memperkenalkan orientasi dan arti rohani baru dalam peraturan puasa ini. Menurut Islam, puasa merupakan lambang pengorbanan yang sempurna. Orang yang berpuasa bukan hanya menjauhi makan-minum, yang merupakan sarana hidup yang utama, dan tanpa itu orang tak dapat hidup, tetapi juga menjauhi istrinya sendiri, yang merupakan sarana untuk mendapat keturunan. Jadi, orang yang berpuasa membuktikan kesediaannya yang sungguh-sungguh untuk mengorbankan segala-galanya untuk kepentingan Tuhan dan Khalik-nya, kapanpun diperlukan.
Mari kita bersiap untuk menyambut datangnya puasa bulan Ramadhan, siapkan fisik dan kesehatan serta niat yang baik untuk melaksanakannya.
Penebusan Dosa dalam perspektif Alquran
Cinta Ahmadi Untuk Seluruh Manusia
Setelah 13 tahun mengalami penderitaan dan penganiayaan yang hebat dari suku-suku Arab, kaum Muslimin awalin diberikan izin oleh Allah Ta’ala untuk mempertahankan diri, izin tersebut hanya diberikan hanya untuk melindungi agama Islam. Peperangan semacam inipun diizinkan sebatas untuk melindungi semua tempat ibadah dan agama. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, khalifatul Masih ke V atba saat meresmikan mesjid baru yang bernama Baitul Qadir yang dibangun oleh Jemaat Muslim Ahmadiyah Jerman di kota Vechta. (09/06/2015).
Pernyataan ini walaupun sudah lama dinasihatkan oleh Hadhrat Khalifah, namun kesannya sangat berharga. Hal ini menandakan Islam hakikatnya tidak dizinkan untuk melakukan berbagai macam tindak-penganiayaan yang mengatas-namakan agama Islam, Allah Ta’ala tidak mengizinkan perbuatan-perbuatan yang merugikan orang lain hanya demi untuk melancarkan kepentingan pribadi.
Oleh karena itu, Hadhrat Khalifah menjelaskan bahwa pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as sebagai Al Masih dan Imam Mahdi di Akhir Zaman, diutus oleh Allah Ta’ala dengan mengemban dua tujuan utama. Pertama adalah untuk membawa umat manusia lebih dekat dengan penciptanya (melalui Ibadah dan Mu’amalah) dan kedua adalah untuk membuat manusia menyadari akan tugas dan kewajibannya satu sama lain. Ruh dan ajaran-ajaran ini yang mendasari semua kegiatan Jemaat Muslim Ahmadiyah.
Salah satu cara untuk memenuhi tujuan beribadah dan mu’amalah kepada Allah Ta’ala, Jemaat Muslim Ahmadiyah dalam setiap tahunnya selalu mendirikan Mesjid-Mesjid, pusat-pusat media informasi Islam (Tabligh center), sekolah-sekolah dan perpustakaan yang dibangun diberbagai belahan dunia ini. Tertcatat ditahun 2020, Jemaat Muslim Ahmadiyah telah membangun 217 Mesjid baru serta telah mencetak Alquran sebanyak 360.240 buah dalam berbagai bahasa dan menyebarkannya ke seluruh dunia.
Dalam hal kemanusiaan. Hadhrat Khalifatul Masih bersabda:
“Kami, Muslim Ahmadi memegang pendirian mencintai semua umat manusia dan kami meyakini bahwa jika kami tidak memenuhi hak-hak sesama maka ibadah kami akan terbukti tak berguna. Oleh karena itu dimanapun, kami akan membantu sesama, dan juga di Afrika dan bagian-bagian dunia lain, kami terlibat di dalam berbagai proyek kemanusiaan, misalnya kami telah membangun banyak sekolah dan rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan bagi orang-orang yang hidup di kebanyakan tempat-tempat miskin di dunia.”
Inilah gambaran yang sedang dan akan dilakukan oleh Jemaat Muslim Ahmadiyah. Mengkhidmati agama dan mengkhidmati manusia adalah suatu hal yang baik. Dalam Alquranul Karim Allah Ta’ala mengingatkan seorang Muslim itu harus saling tolong menolong dalam hal kebaik dan takwa, tetapi jangan tolong menolong dalam keburukan (dosa) dan permusuhan. (QS.5:3). Apabila manusia melaksanakan asas ini, maka segala dendam-kesumat, kebencian dan permusuhan antara satu sama lain akan lenyap-sirna.
Hadhrat Khalifah menggambar bagaimana keadaan sulit yang dialami oleh orang-orang yang ada di Afrika, tergambar dalam ingatan dan penglihatan, bangaimana beliau menyaksikan anak-anak usia 7 atau 8 tahun harus berjalan bermil-mil dengan membawa bejana besar diatas kepala mereka demi mendapatkan air dari telaga-telaga yang berair kotor. Oleh karena itu, kami, Muslim Ahmadi senantiasa membatu mereka yang memerlukan dengan menyediakan air untuk mengangkat beban mereka dengan membangun instalasi atau merehab pompa-pompa air di banyak tempat yang terpencil. Saat pompa-pompa tersebut bisa bekerja maka maka air pun mulai mengalirkan kebahagiaan tak terlukiskan di wajah-wajah orang, masyarakat setempat.
Inilah lukisan kemanusian yang dipersembahkan Jemaat Muslim Ahmadiyah. Masih banyak kemanusian-kemanusian yang dipersembahkan oleh Muslim Ahmadi dengan harapan cinta untuk semua tiada kebencian untuk siapapun (love for all hatred for none) menjadi slogan untuk menciptakan toleransi dan cinta kasih terhadap sesama.
Sumber: Ahmadiyya Times
KHALIFAH ISLAM SAAT INI ADALAH CERMINAN PEMERSATU
Siapa yang memilih Khalifah?
“Khalifah itu disebut sebagai pengganti, dan pengganti seorang rasul dalam pengertian yang sebenarnya hanya dia yang bisa yaitu yang secara zilli (bayangan) memiliki berbagai macam kesempurnaan seorang rasul. Khalifah hakikatnya adalah bayangan dari seorang rasul dan dikarenakan tidak ada manusia yang abadi oleh karena itu Allah Ta’ala menginginkan agar wujud para rasul yang merupakan wujud termulia dan terbaik diantara segenap manusia secara zilli (bayangan) hingga hari kiamat tetap ada, dan untuk inilah Allah Ta’ala telah memilih khilafat sehingga dunia sekali-kali tidak akan luput dari keberkatan kerasulan.” (Shahadatul Quran, Ruhani khazain Jilid 6, hal.355-356)
khalifah Abu Bakar ra
Istighfar : Kunci Menutupi Kelemahan
Terkadang manusia tidak menyadari akan perbuatan-peruatan yang telah dilakukan, apalagi perbuatan buruk atau dosa, seakan-akan manusia pada ...
-
أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ Aku berjanji akan berjuang sampai ...
-
Memahami Ayat Khataman Nabiyyin Masalah khataman Nabiyyin menjadi salah satu topik yang tak pernah habis dibicarakan di kalangan umat Islam....
-
Terkadang manusia tidak menyadari akan perbuatan-peruatan yang telah dilakukan, apalagi perbuatan buruk atau dosa, seakan-akan manusia pada ...