Suatu Kebahagiaan tercipta oleh diri sendiri

Allah swt berfirman :
 إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْۚ  
Sesungguhnya, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa di antara kamu. (Al Hujurat, 49:13)

Pada peristiwa Haji wada (Haji terakhir) di Mekkah, tidak lama sebelum Rasulullah saw. wafat, beliau berkhutbah di hadapan sejumlah besar orang-orang Muslim dengan mengatakan “Wahai sekalian manusia! Tuhan-mu itu Esa dan bapak-bapakmu satu jua. Seorang orang Arab tidak mempunyai kelebihan kelebihan atas orang-orang non Arab. Seorang kulit putih sekali-kali tidak mempunyai kelebihan atas orang-orang berkulit merah, begitu pula sebaliknya, seorang kulit merah tidak mempunyai kelebihan apa pun di atas orang berkulit putih melainkan kelebihannya ialah sampai sejauh mana ia melaksanakan kewajibannya terhadap Tuhan dan manusia. Orang yang paling mulia di antara kamu sekalian pada pandangan Tuhan ialah yang paling bertakwa di antaramu” (HR. Baihaqi).

Jika kekayaan bisa membuat orang bahagia, tentunya Adolf Merckle, orang terkaya dari Jerman, tidak akan menabrakkan badannya ke kereta api.
Jika ketenaran bisa membuat orang bahagia, tentunya Michael Jackson, penyanyi terkenat di Amerika, tidak akan meminum obat tidur hingga over dosis.
Jika kekuasaan bisa membuat orang bahagia, tentunya G. Vargas, Presiden Brazil tidak akan menembak jantungnya.
Jika kecantikkan bisa membuat orang bahagia, tentunya Marilyn Monroe, artis cantik dari Amerika, tidak akan meminum alcohol dan obat depresi hingga over dosis. Jika kesehatan bisa membuat orang bahagia, tentunya Theirry Costa, dokter terkenal dari Prancis, tidak akan bunuh diri akibat sebuah acara di televise.

Ternyata, bahagia atau tidaknya hidup seseorang itu, bukan ditentukan oleh seberapa kayanya, tenarnya, cantiknya, kuasanya, sehatnya atau sesukses apapun hidupnya. Tapi yang bisa membuat seseorang itu bahagia adalah dirinya sendiri. Mampukah ia mensyukuri semua yang sudah dimilikinya dalam segala hal.
Sebagaimana Allah swt berfirman:

 لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ 

“Jika kamu bersyukur, pasti Aku (Allah) akan menambahkan lebih banyak padamu; dan jika kamu tidak mensyukuri, sesungguhnya azab-Ku amat keras.” (Ibrahim, 14:7)

Kalau kebahagiaan bisa dibeli, pasti orang-orang kaya akan membeli kebahagiaan itu, sementara orang-orang miskin akan sulit mendapatkan kebahagiaan karena sudah diborong oleh orang-orang kaya. 

Kalau kebahagiaan itu ada disuatu tempat, pasti belahan lain di bumi ini akan kosong karena semua orang akan ke sana berkumpul dimana kebahagiaan itu berada.

Untungnya kebahagiaan itu berada di dalam hati setiap manusia. Jadi kita tidak perlu membeli atau pergi mencari kebahagiaan itu. Yang kita perlukan adalah hati yang bersih dan ikhlas serta pikiran yang jernih, maka kita bisa menciptakan rasa bahagia itu kapan pun, dimana pun dan dengan kondisi apapun. Kebahagiaan itu milik “orang-orang yang pandai bersyukur”. “jika kamu tidak memiliki apa yang kamu sukai, maka sukailah apa yang kamu miliki saat ini..” Tidak apa-apa dengan kaya bagi orang yang bertakwa. Dan sehat bagi orang yang bertakwa itu lebih baik dari kaya. Dan bahagia itu bagian dari kenikmatan (HR Ibnumajah No. 2132)

Kebahagiaan bisa diraih berkat takwa

Dalam Alquranul Karim terdapat kalimat Innallaha ma'alladzina taqau yakni sesungguhnya Allah Ta’ala bersama dengan orang-orang yang bertakwa. 
Hadhrat Imam Mahdi dan Al Masih Mau'ud as bersabda "Inilah orang-orang yang telah menyatu dengan Tuhan, orang yang mendapat pertolongan Tuhan, pertolongan Tuhan lah yang dapat dianggap sebagai muttaqi (orang yang bertakwa)."

Beliau bersabda "kebahagiaan hakiki adalah takdir orang muttaqi yang kepadanya Tuhan telah menjanjikan dua surga. Seorang muttaqi dapat memperoleh kebahagiaan dalam gubuk ilalang sementara orang duniawi tidak dapat memperolehnya dalam kastil yang besar dan megah sekalipun. Semakin banyak yang dia peroleh semakin besar persoalan yang dia hadapi. Kalian harus ingat bahwa kebahagiaan sejati bukanlah takdir orang duniawi. Janganlah beranggapan bahwa kekayaan yang melimpah ruah dan pakaian-pakaian yang indah adalah sumber kebahagiaan. Sama sekali tidak demikian. Sumber dari kebahagiaan sejati adalah takwa." (Malfuzat, Vol I, hal. 401-403)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Istighfar : Kunci Menutupi Kelemahan

Terkadang manusia tidak menyadari akan perbuatan-peruatan yang telah dilakukan, apalagi perbuatan buruk atau dosa, seakan-akan manusia pada ...