khilafat dan Seruan Doa

Allah Ta’ala menarik perhatian kita untuk berdoa dan beribadah kepada-Nya supaya tetap berhubungan dengan Khilafat. Untuk meraih berkat Ilahi, untuk menyingkirkan segala kesulitan kita dan memiliki kedamaian batin, dan doa serta ibadah memang senjata kita yang sebenarnya yang bisa kita andalkan terus-menerus. Cara dan sarana sementara tidak membawa keberhasilan. Kita melihat bahwa dalam catatan sejarah Nabi Allah, kesuksesan hanya datang melalui doa, khususnya dalam sejarah Islam dan khususnya lagi pada zaman Hadhrat Rasulullah saw dan para Khulafatur Rasyiddin, kemenangan datang melalui doa dan tidak melalui kekuatan duniawi. Perlu diingat bagaimana pun, bahwa meskipun adanya semua janji Ilahi tetapi pengorbanan jiwa tetap diberikan dan standar ibadah harus selalu ditingkatkan.

Di dalam ayat Istikhlaf (QS. An Nuur, 56) menjanjikan bahwa khilafat kepada orang mukmin sejati dan memberikan kabar suka mengubah ketakutan mereka menjadi keamanan, dan berjanji untuk mengubah mereka. Hal ini tentu di janjikan pula kepada mereka yang senantiasa mengutamakan doa, ibadah kepada Allah Ta’ala dan berkorban untuk menegakkan Keesaan Tuhan. 

Kita harus ingat bahwa semua berkat ada dalam doa, karena Allah menyatakan :  فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ "maka shalat lah kepada Tuhan engkau, dan berikan pengorbanan." (QS. 108:3)

Jadi, ibadah kepada Allah dan pengorbanan yang menjadikan kita penerima karunia Allah. Tidak ada keraguan bahwa adalah sifat manusia menjadi gelisah ketika cobaan dan kesengsaraan berlangsung lama. Mukmin sejati dalam kondisi cemas mengucapkan suara  مَتَي نَصْرُاللّٰهِ. "Kapan datang pertolongan Allah?" (QS. 2:215). Mereka mengatakan demikian karena putus asa, melainkan untuk menarik belas kasih Allah Ta’ala. Mereka melakukannya dengan benar-benar menyerahkan diri kepada Allah, memanjatkan doa-doa mereka ke titik tertinggi serta mematuhi standar tinggi pengorbanan dan kemudian, sebagai jawabannya datanglah suara اَلَا اِنَّ نَصَرُ اللّٰهِ قَرِيْبُ.  "Sungguh, pertolongan Allah sudah dekat." (QS. 2:215)

Perlu untuk dipahami bahwa kita menyampaikan doa-doa ke titik tertinggi, kita harus memiliki pemahaman yang sangat baik tentang ruh pengorbanan, tetapi kita perlu memahami hakikat doa. Untuk menikmati buah dari pengorbanan kita, kita seyogianya untuk meningkatkan standar doa-doa kita. Alhasil untuk menimbulkan kondisi itu dalam diri kita harus memahami apa yang Tuhan inginkan. Allah Ta’ala menyatakan :

أَمَّن يُجِيبُ ٱلْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ ٱلسُّوٓءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَآءَ ٱلْأَرْضِۗ أَءِلَٰهٌ مَّعَ ٱللَّهِۚ قَلِيلًا مَّا تَذَكَّرُونَ 

"Atau, siapa yang menjawab orang tertekan ketika ia menyeru kepada-Nya dan melenyapkan keburukan, dan menjadikan kamu khalifah-khalifah di bumi? Apakah ada Tuhan selain Allah? Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran." (An Naml, 27:63).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Istighfar : Kunci Menutupi Kelemahan

Terkadang manusia tidak menyadari akan perbuatan-peruatan yang telah dilakukan, apalagi perbuatan buruk atau dosa, seakan-akan manusia pada ...