Kesederhanaan ala Hadhrat Umar ra

Hidup sederhana merupakan salah contoh perilaku akhlak Rasulullah saw, di dalam diri beliau tidak ada kelezatan yang lebih hakiki selain menikmati keasyikan beribadah kepada Allah Ta’ala.

Begitu erat dan dekatnya hubungan Rasulullah saw dengan para sahabatnya, sehingga para sahabat pun selalu mencontoh apa-apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah saw.

Itulah yang terjadi dalam diri Hadhrat Umar bin Khattab radhiyAllahu ta’ala ‘anhu senantiasa mengedepankan hidup sederhana. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah saw.

suatu kali, putri Hadhrat ‘Umar radhiyAllahu ta’ala ‘anhu yang bernama Hafshah radhiyAllahu ta’ala ‘anha berkata kepada Ayahnya, “Selain dikaruniai Allah Ta’ala dengan keluasan rezeki, Ayah telah diberikan kemenangan dan kekayaan, jadi mengapa Ayah tidak makan makanan yang lebih baik dan memakai pakaian yang lebih baik?”

Hadhrat ‘Umar (ra) menjawab dengan bertanya kepadanya, “Apakah Nabi (saw) tidak menanggung kesulitan besar selama hidupnya? Sejauh saya mampu, saya akan terus menanggung kesulitan, seperti dua orang sebelum saya telah alami, Nabi (saw) dan Hadhrat Abu Bakr (ra), sehingga memungkinkan saya juga dapat menuai berkat karunia yang sama.”

Kemudian Hadhrat ‘Umar (ra) bersabda, “Anggota keluarga saya hanya berhak atas diri saya dan harta saya. Tetapi mereka tidak berhak atas agama dan amanat saya.”

Hudhur ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz mengutip riwayat dari Hadhrat Ikrimah bin Khalid yang menjelaskan bahwa suatu ketika, anak-anak Hadhrat ‘Umar (ra) dan beberapa orang lainnya berkata kepadanya, bahwa jika beliau makan makanan yang lebih baik, beliau akan menjadi lebih kuat dan lebih mampu memenuhi tugasnya. Hadhrat ‘Umar (ra) mengerti saran baik mereka, namun beliau mengatakan bahwa jika beliau meninggalkan jalan orang-orang sebelum beliau, yaitu Nabi Muhammad (saw) dan Hadhrat Abu Bakr (ra), maka beliau tidak akan dapat mencapai peringkat yang sama.

Hudhur ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz mengutip dari Hadhrat Mushlih Mau’ud (ra), yang menjelaskan bahwa pada masa Nabi Muhammad (saw) adalah masa penuh cemas dan bahaya yang dengan melihat pertimbangan itu, Nabi Muhammad (saw) mengajarkan perlunya kesederhanaan, dan mengatakan bahwa saat makan, tidak boleh ada lebih dari satu hidangan lauk. Sebagian dari para sahabat mengikuti ini dengan sangat rigid (kaku dan kukuh), pada kenyataannya, pernah Hadhrat ‘Umar (ra) disajikan dengan lauk cuka dan garam bersama-sama. Hadhrat ‘Umar (ra) mengatakan bahwa ini adalah dua hidangan terpisah dan beliau hanya akan mengambil satu. 

Meskipun yang dilakukan Hadhrat ‘Umar (ra) ini merupakan sikap berlebihan yang disebabkan gejolak kecintaan mendalam kepada Rasulullah (saw) dan tampaknya bukan seperti demikianlah yang diinginkan oleh Rasulullah (saw), namun dari contoh ini secara pasti diketahui bahwa Hadhrat ‘Umar (ra) memandang perlunya kesederhanaan di dalam umat Muslim. 

Hadhrat Mushlih Mau’ud (ra) saat itu mengumumkan gerakan Tahrik Jadid. Saat itu jemaat sangat memerlukan dan beliau mencetuskan untuk mengurangi pengeluaran pribadi dan memberikan candah. Dengan karunia Allah Ta’ala, saat ini keadaan telah berbeda sehingga saat ini tidak diharuskan demikian. Namun tetap, hendaknya tidak berlaku berlebih-lebihan.

Hadhrat Masih Mauud as bersabda "kelezatan besar terdapat dalam hal ini. Yakni manusia memahami Wujud Allah, dan mengenali Rasul dengan benar. Manusia hendaknya mencari penghidupan mereka sebatas dapat menjalani hidup ala kadarnya (sederhana). Dan jangan mengejar-ngejar banyak sekali keinginan dunia. (Malfuzhat) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Istighfar : Kunci Menutupi Kelemahan

Terkadang manusia tidak menyadari akan perbuatan-peruatan yang telah dilakukan, apalagi perbuatan buruk atau dosa, seakan-akan manusia pada ...